Jumat, 06 Desember 2013

Pangeranmenulis berhenti menulis?

0 komentar
Telah berlalu waktu yang panjang dimana saya, seorang pangeran menulis tidak menulis. Lebih dari 1 bulan saya tidak menulis dan sudah pastinya hal ini menyebabkan blog pangeranmenulis.blogspot.com tidak lagi memunculkan tulisan-tulisan terbaru. Dan akan muncul di benak para pembaca bahwa seorang pangeranmenulis berhenti menulis.  Oleh karena itu pada tulisan kali ini saya akan menyampaikan kepada para pembaca bahwa seorang pangerammenulis tidak berhenti untuk menulis, dan akan kembali memunculkan tulisan-tulisan terbaru sebagaimana biasa dilakukan.

Pada kesempatan kali ini pangeranmenulis juga ingin menyampaikan beberapa hal terkait dengan semangat menulis yang memang menjadi salah 1 halangan yang dihadapi, yang menyebabkan lebih dari sebulan tidak menghasilkan sebuah tulisan pun.

Terkait dengan menulis, ketika aktif di dalam menulis artikel untuk blog sejak dibuatnya blog pangeranmenulis telas menulis lebih dari 60 tulisan. Yang mana tulisan tersebut dibuat setiap hari tanpa henti 1 hari 1 tulisan. Dan habit menulis saat itu sudah terbentuk. Akan tetapi ketika saya menikah, maka beberapa rintangan untuk menjalani rutinitas menulis mulai muncul.

Beberapa rintangan yang mulai dihadapi yang pertama adalah terkait dengan manajemen waktu. Karena ketika waktu bujang dan ketika menikah akan ada perubahan-perubahan yang terjadi terkait dengan kebiasaan-kebiasaan yang dijalani. Ketika kita tidak bisa mengatur waktu, maka yang terjadi adalah kita akan merasa waktu yang kita miliki begitu sedikit, sehingga kita tidak memiliki keluangan waktu untuk menulis.

Rintangan kedua adalah terkait dengan intensitas menulis. Sebagaimana yang saya tulis diatas, ketika saya aktif menulis, saya menulis 1 artikel dalam 1 hari, yang menandakan bahwa saya menulis setiap hari. Dan ternyata tanpa saya sadari saya mengalami kejenuhan di dalam menulis. Dan hal inilah yang membuat saya merubah aktifitas menulis menjadi 5 hari 5 tulisan dalam 1 pekan, dimana ada 2 hari yang saya rehat dari kegiatas menulis.

Rintangan ketiga adalah bisikan rasa malas. Sebuah kebiasaan rusak diakibatkan oleh bisikan-bisikan kemalasan yang sering muncul di dalam hati kita. Ketika sedikit demi sedikit kita mengikuti bisikan tersebut, maka lambat laun kemalasan bukan lagi menjadi bisikan melainkan dia akan menjadi perbuatan. Dan seperti yang teman-teman lihat, ketika kemalasan sudah ada di dalam diri saya, maka tidak ada karya yang saya hasilkan. Yang ada hanyalah kertas kosong angan-angan yang hilang jauh dari harapan.

Sebagai awalan dari tulisan yang baru saya tuliskan lagi, kiranya cukup tulisan saya ini. Semoga tulisan ini menjadi akhir bagi kemalasan, akhir bagi keberhentian, dan awal baru bagi terciptanya impian untuk menjadi seorang Penulis Hebat yang menghasilkan karya yang terkenang dan bermanfaat hingga ber abad-abad.

Sekian, Semoga Bermanfaat


Pangeranmenulis, 06/12/2013
Read full post »

Selasa, 22 Oktober 2013

Aku Cinta Kamu, Sayang

0 komentar
Pada suatu waktu sebuah wedding organizer mengadakan pelatihan atau seminar tentang kekeluargaan, tentang bagaimana membangun sebuah keharmonisan dalam rumah tangga, khususnya rumah tangga yang sudah berjalan diatas 5 tahun akan tetapi kehidupan rumah tangga tersebut dijalani dengan “hidup segan mati tak mau” dengan kata lain pasangan suami istri tersebut sudah menjalani rumah tangga bertahun-tahun tapi yang dirasa hampa, sepi dari rasa cinta dan sayang. Pelatihan ini dibuat secara komersil, disebarkan melalui berbagai media, baik itu pamflet, brosur, juga radio-radio local.

Waktu berlalu akhirnya acara seminar kekeluargaan itu pun berlangsung, dan tidak disangka ratusan peserta memadati acara tersebut, dan hampir mayoritas pesertanya diikuti oleh mereka yang berumur diatas 40 tahun, yang umur pernikahannya sudah melibihi 10 tahun.

Acara pun berlangsung dengan penuh antusias, diawali MC yang membangun semangat membara para peserta yang datang bersendiri, tidak dengan pasangannya. Mereka datang sendiri berasalan agak canggung jika harus datang bersama suami atau istri, karena pada umur-umur pernikahan diatas 10 tahun kebanyakan pasangan suami istri dalam komunikasi sudah kurang intensitasnya, dan inilah yang menyebabkan keharmonisan berkurang, kehidupan keluarga terasa begitu hambar. Dan ini pulalah alasan yang membuat mereka ingin menghadiri acara ini. Karena mereka sadar bahwa ada cara yang salah yang harus diperbaiki agar kehidupan cintanya dengan pasangan hidupnya bisa kembali mesra seperti awal diucapkannya janji setia.

Akhirnya sang MC menyerahkan acaranya kepada sang narasumber. Dengan pembukaan yang fasih dan berbagai intermezzo lucu yang disampaikan oleh narasumber, para peserta menatap dengan serius dan antusias. Dan pada sesi tersebut sebagai sebuah test case, sang narasumber meminta kepada peserta yang mayoritas adalah ibu-lbu untuk melakukan 1 yang membuat peserta kaget. Yaitu narasumber meminta agar para peserta mengirimkan sms kepada suami/istrinya 1 kalimat, “aku Cinta kamu sayang”. Dan uniknya lagi narusmber meminta akan peserta menukarkan hp yang dimilikinya dengan yang dimiliki oleh peserta sebelumnya, bahkan narasumber meminta beberapa peserta untuk menaruh hpnya di meja narasumber.  

1 per 1 hp peserta mulai berdering, menandakan adanya balasan pesan dari suami/istri yang telah dikirimkan sms “aku cinta kamu sayang”, dan beberapa balasan smsnya adalah :
1. Kamu lagi ngigau ya mah?
2.   Mamah abis ketabrak mobil ya trus geger otak.!
3.   Ada apa lagi si mah, pasti ada maunya nih sms kaya begini. Cape ah papa harus bayar kartu kredit kamu.
4.   Udah lah pi, kamu nggk usah macem-macem,
5.   Cinta, cinta, mata lu buta, sayang sayang palalu peang..
6.    "Maksud looohh....??"
7.    "Apalagi yg kamu perbuat skrng??
8.    awas kalo macem2, ya?? Kali ini saya ngga akan memaafkan kamu lagi".
9.     "?!?"
10.   "Udh ngga usah basa-basi, lah !! To the point aja maunya apa ??"
11.   "Gue ngimpi ngga, nih ??"
12.   "Kalo nanti kamu ngga bisa menjelaskan SMS ini ditujukan kpd siapa, lihat aja nanti !!"
13.   "Saya sdh bilang, Jangan Mabok Lagi !!"

Dan SMS yg terbanyak....

14.  Ini siapa??" 


Yupz, saya yakin semua yang baca pasti tersenyum.

Sebuah pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah seminar diatas adalah, mengucapkan kata cinta itu alangkah sangat mudah, akan tetapi dibutuhkan habits untuk melakukannya, karena tanpa kebiasaan, akan sulit untuk diucapkan, apalagi jika kehidupan suami istri yang sudah berlalu bertahun-tahun tanpa kata cinta dan sayang, pasti akan ada perasaan malu dan tidak enak ketika mengucapkannya.

Tulisan ini saya tujukan bagi yang sudah menikah, baik itu bagi yang baru menikah ataupun yang sudah sekian tahun membangun mahligai rumah tangga. Bagi yang baru menikah jadikanlah kata sayang dan cinta sebagai kegiatan harian yang jangan sampai terlewatkan, sampaikan hal ini dalam berbagai kesempatan dan waktu. baik itu secara langsung, melalui secarik kertas atau via sms. Dan bagi yang sudah menikah sekian tahun lamanya, mulailah hal ini dengan menghilangkan rasa tidak enak, buanglah rasa malu demi membangun cinta dan kasih sayang yang saat ini sudah terasa hambar. Saya yakin awalnya pasangan anda akan merasa asing, akan tetapi setelah hal ini menjadi habits, silahkan dibuktikan sendiri, cinta dan kasih sayang itu akan terbangun lagi sebagaimana dulu membangun cinta.

Sekian, semoga bermanfaat

-PangeranMenulis-

(beberapa kata di copas dari milist)


Read full post »

Sabtu, 19 Oktober 2013

Mencari Pekerjaan atau Penghasilan

0 komentar
Berbicara tentang pekerjaan secara otomatis hampir semua kepala akan berpikir tentang lowongan pekerjaan, bekerja kantoran atau jadi karyawan. Padahal jika dilihat dari kata dasarnya, kerja adalah mengerjakan suatu pekerjaan, dan pekerjaan adalah sesuatu yang di kerjakan. Contoh orang yang sedang menyapu rumah, maka pada saat itu pekerjaannya adalah menyapu rumah, contoh lain orang yang sedang memancing, maka saat itu pekerjaan orang tersebut adalah memancing. Termasuk orang yang berdagang pun pekerjaannya ya berdagang. Akan tetapi saat ini pekerjaan telah menyempit maknanya, atau maknanya dipersempit sebagai sebuah kata khusus yang diarahkan menjadi kata-kata yang saya sebutkan di awal.

Kembali tentang pekerjaan, banyak orang saat ini sedang berbondong-bondong untuk meramaikan berbagai job fair, atau juga mengirimkan berbagai lamaran pekerjaan ke banyak perusahaan. Hal ini terjadi karena begitu banyaknya pengangguran yang semakin lama semakin bertambah, apalagi lulusan baru setiap tahun terus bertambah, di satu sisi pertumbuhan lowongan pekerjaan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan lulusan tersebut dan akhirnya yang terjadi adalah banyaknya pengangguran di berbagai daerah di Indonesia.

Saat ini bekerja pada suatu perusahaan bagi sebagian orang merupakan hal yang wajib. Mindset seperti ini hadir dikarenakan banyak sebab, baik disebabkan oleh ucapan orang tua, guru ataupun informasi yang di dapat di berbagai media. Karena menurut mereka dengan bekerja pada perusahaan atau boleh dalam hal lain jadi PNS hidup akan lebih terjamin, gaji akan terus di dapat setiap bulan, asuransi kesehatan di dapat dan dana pensiun juga kelak akan diterima. Bagi mereka jika mereka tidak mendapatkan pekerjaan alias menganggur, maka hidupnya seakan hina tak berguna, bingung dan murung memikirkan dari mana bisa mendapatkan uang. Mindset seperti inilah yang menyebabkan menumpuknya para pengangguran di Jakarta atau boleh jadi di seluruh Indonesia, karena bagi mereka pekerjaan = penghasilan, tidak bekerja (tidak jadi karyawan) = tidak mendapat penghasilan.

Padahal jika dipikirkan lebih dalam, mindset yang benar adalah ketika kita bekerja maka kita akan mendapatkan penghasilan, akan tetapi penghasilan tidak selamanya di dapatkan dari bekerja sebagai karyawan melainkan penghasilan bisa kita dapatkan dari berbagai macam hal baik itu berbisnis/berdagang, memulung, atau memberi bantuan jasa. Inilah hal penting yang harusnya dicatat oleh para pencari kerja atau para pengangguran khususnya. Bahwa yang saat ini dicari pekerjaan atau penghasilan. Jika yang dicari pekerjaan maka berbagai syarat harus kita penuhi bahkan kita harus melalui berbagai proses ujian untuk bisa mendapatkan pekerjaan tersebut. Sebaliknya jika yang dicari adalah penghasilan, maka banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan penghasilan, bahkan tanpa syarat yang berat, kadang hanya dibutuhkan kemauan dan semangat yang kuat untuk melakukannya, dengan begitu kita bisa menghasilkan uang. Sebagai contoh menjadi pemulung gelas air mineral, dalam hal ini kita hanya perlu gigih mencari gelas air mineral bekas, untuk dikumpulkan kemudian dihitung berapa berat kita dapatkan, semakin banyak kita mengumpulkannya, maka akan semakin besar uang yang kita dapatkan.

Itu contoh yang termudah, contoh lain yang membutuhkan sedikit modal, misal jualan aqua, tissue, plastic, dll. Atau jualan produk lain yang modalnya lebih besar lagi. Inilah gambaran sedikit tentang mencari penghasilan. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, seperti apakah pola pikir kita saat ini, mencari pekerjaankah atau mencari penghasilan, jika hanya mencari pekerjaan maka jelas penghasilan tidak akan pernah di dapatkan karena penghasilan baru bisa di dapatkan ketika mendapat pekerjaan. Akan tetapi jika yang dicari adalah penghasilan maka peluang di bumi ini begitu luas, kita bisa mendapatkan penghasilan bukan hanya dari tempat bekerja, melainkan melalui berbagai usaha yang kita lakukan seperti yang sudah dijelaskan diatas.

Jadi silahkan dipikirkan lagi, jangan sampai kita salah memilih. Jangan sampai maindset yang salah terus berkutat dipikiran. Karena pilihan kita pada saat ini akan menentukan seperti apa kita di masa depan.

Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Kamis, 17 Oktober 2013

Virus

1 komentar
Sudah beberapa hari ini netbook saya satu-satunya terjangkit virus sehingga tidak bisa bekerja secara maksimal. Bahkan beberapa aplikasi tidak bisa dibuka dikarenakan virus yang memblokir system kerja mereka. Alhasil beberapa pekerjaan tertunda, salah satunya adalah posting tulisan di blog.

Seperti yang kita ketahui, virus adalah penyebab terjadinya berbagai macam penyakit. System kerja virus begitu tersembunyi. Kita merasa tubuh kita baik-baik saja, tanpa sadar virus telah menyebar ke beberapa organ penting kita, dan perlahan-lahan mematikan fungsi dari organ tubuh tersebut dan akhirnya secara mendadak kita jatuh sakit, atau bahkan ada banyak orang disekeliling kita yang kemudian meninggal karena sakit tersebut.

Begitu juga virus yang ada di computer ataupun di netbook, secara perlahan-lahan bergerak merusak system yang bekerja, di satu sisi kita dengan santai beraktifitas dengan netbook kita, dan di waktu tertentu secara mendadak netbook kita down, dan barulah kita kelimpungan mencari solusi untuk kembali menormalkan si netbook.

Seperti itulah kerja virus yang ada di di netbook dan tubuh kita. akan tetapi tidak berhenti sampai disini bahasan kita, karena ternyata virus juga bisa menjangkiti pikiran kita. dan beberapa virus yang bisa menyebabkan kerusakan system hidup kita di masa depan adalah virus malas dan menunda-nunda. Kita seringkali tanpa sadar sedang membiarkan 2 virus ini menyebar ke seluruh pikiran kita. Karena merasa memiliki waktu luang, suatu pekerjaan yang seharusnya kita bisa kerjakan dengan segera kita tunda dan hal ini kita lakukan berulang-ulang hingga akhirnya menjadi habits. Begitu juga dengan virus malas, kita seringkali menanam rasa malas di dalam pikiran kita dan terealisasikan dalam tubuh kita, dan terus berulang-ulang hal ini dilakukan hingga akhirnya mengakar dan menjadi habits.

Sekian lama waktu berjalan, efek virus malas dan menunda mulai terasa, dan akhirnya berefek pada pekerjaan dan tugas-tugas kita, dan berefek lebih besar lagi pada masa depan kita. ketika orang lain telah menorehkan banyak prestasi, kita malah terdiam merenungi nasib. Ketika yang lain aktif bergerak, kita pasif mengeluhkan berbagai keadaan di masa lalu. Ketika hal ini sudah terjadi pada diri kita, hal yang perlu dilakukan adalah kita harus mencari antivirus, agar virus-virus tersebut bisa segera diatasi.

Tidak ada kata terlambat. Segala penyakit ada obatnya. Dan obat dari virus malas dan menunda adalah bergerak, bangkit, melawannya. Kita harus melawan dengan perlahan-lahan. Dibutuhkan kesabaran di dalam mengobati 2 virus tersebut. Kelak nantinya ketika 2 virus tersebut telah terobati, jangan biarkan mereka datang lagi, teruslah kita pasang antivirusnya.

Insya Allah dengan kita melindungi diri dari virus malas dan menunda, masa depan kita akan cerah. Pikiran kita akan sehat dan kesuksesan kita akan mudah digapai.
Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Layar Sentuh

0 komentar
Berbicara layar sentuh, berarti kita sedang berbicara teknologi. Berbicara layar sentuh juga berarti kita membicarakan sebuah impian yang akhirnya menjadi kenyataan. Layar sentuh yang saat ini terdapat pada berbagai media, bukan hanya handphone atau tablet semata, akan tetapi layar sentuh mulai menjalar pada berbagai media elektronik seperti tv dll.

Layar sentuh yang saat ini kita gunakan dalam berbagai gadget yang kita miliki sebelumnya adalah sebuah mimpi. Sebuah khayalan dari seseorang yang berharap bisa melakukan segalanya tanpa bantuan tombol atau keypad. Ketika dia menyampaikan mimpi ini ke berbagai kalangan, maka kebanyakan dari mereka mentertawakannya dan bahkan mencemooh mimpinya tersebut.

Akan tetapi saat ini mimpi tersebut bukan lagi sekedar mimpi, melainkan sudah menjadi kenyataan yang membungkam berbagai kalangan yang sebelumnya telah mencemooh dan mentertawakannya. Dan layar sentuh saat ini bukan hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas saja, kalangan bawah pun bisa menikmatinya.

Sebagaimana kita yang ketika teknologi layar sentuh baru dirilis menginginkan/memimpikan bisa memiliki dan merasakan seperti apa teknologi tersebut, dan akhirnya kita bisa memilikinya. Sadarkah kita bahwa mimpi atau impian itu bukanlah hal yang sembarangan, bukanlah hal yang asal-asalan, mimpi adalah hal yang luar biasa yang bisa direalisasikan ketika dirasa tidak mungkin untuk dijadikan kenyataan dan mimpi bisa dihadirkan ketika banyak orang meragukan bahkan mentertawakan.

Jikalau pada saat ini kita bermimpi bisa menerbitkan buku hasil karya sendiri dan bisa menjadi best seller, dimana tiap tangan manusia menggenggamnya dan tiap mata manusia membacanya, maka yakinlah bahwa mimpi ini bisa kita wujudkan walaupun kita diragukan oleh orang-orang di sekeliling kita. Sebagaimana mimpi layar sentuh yang kini sudah hadir dalam genggaman kita.

Mulai saat ini mulailah untuk membuat mimpi besar, jangan perdulikan berbagai komentar orang. Mimpi yang besar akan membuat kita berbuat hal-hal yang besar. Membuat kita berusaha semaksimal mungkin meninggalkan hal yang tidak bermanfaat. Dan mimpi besar itulah yang kelak tanpa kita sadari akan membuat kita menjadi orang-orang yang Besar.

Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Minggu, 13 Oktober 2013

Menulis Buku Dalam Keterbatasan

0 komentar
Hari sabtu kemarin, tepatnya tanggal 12 oktober 2013 adalah hari yang menjadi pelecut semangat bagi saya untuk terus menulis. Bukan hanya sekedar menulis saja, tapi saya juga bersemangat untuk menghasilkan sebuah buku. Semangat untuk terus menulis ini tidak muncul begitu saja secara tiba-tiba akan tetapi semangat ini hadir ketika saya menghadiri bedah buku di gramedia bookstore di matraman.

Sebenarnya bedah buku merupakan acara yang biasa diadakan di berbagai bookstore, dengan berbagai genre buku baik itu novel, buku kumpulan puisi, buku yang bersifat religi dan berbagai genre lainnya. Tapi bedah buku, tepatnya bedah novel yang saya datangi kemarin bukanlah bedah novel biasa, melainkan bedah novel yang luar biasa. Kenapa saya bilang luar biasa?, karena novel itu ditulis oleh seseorang yang memiliki keterbatasan fisik, dia adalah seorang yang tuna netra. Namanya Radhitiya adhikara.

Novel yang dia tulis berasal dari kisah hidupnya di masa lalu. Di dalam menggarap novel tersebut dia bekerja sama dengan novelis kawakan yaitu mba Achi TM. Novel yang ditulis berbeda dengan novel lainnya karena terdiri dari 2 buku yang merupakan satu cerita, 1 buku ditulis oleh RA dan 1 buku lagi ditulis oleh mba Achi. Judulnya “mata kedua” dan “hati kedua”. RA membuat novel ini dalam waktu 15 tahun. Waktu yang cukup lama memang, tapi sepertinya waktu yang lama tersebut tidak akan terlihat sia-sia karena novel tersebut menyimpan cerita yang begitu dalam, yang tidak akan mengecewakan para pembacanya. Dan boleh jadi novel tersebut akan jadi best seller novel di Indonesia.

Itulah sedikit hal yang bisa saya ceritakan dari pengalaman saya ketika menghadiri bedah buku kemarin. Dari pengalaman saya tersebut teman-teman pembaca bisa mengambil sebuah catatan penting bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti berkreasi. Bagi kita yang memiliki fisik yang terbilang sempurna, tidak ada kecacatan, maka cerita di atas sudah seharusnya menjadi tamparan bagi kita. Tamparan yang membangunkan kita dari rasa malas, tamparan yang membuat kita berhenti untuk banyak membuat alasan terlebih bagi kita yang memiliki mimpi untuk jadi penulis sukses.

Kita sudah seharusnya sadar, siapapun bisa menulis. Alasan kita bahwa menulis itu sulit, menulis itu adalah bakat dan berbagai alasan lainnya harus dihilangkan. Membuat banyak alasan hanya akan membuat akan diam, tidak menghasilkan apa-apa kecuali keluhan dan keterbuangan waktu. Bagi seorang RA yang memiliki mata yang buta, dimana hanya kegelapan yang dia rasakan saja dia bisa menulis sebuah novel. Dimana novel yang dia tulis tidak bisa dia gambarkan secara visual, tapi dia menggambarkan berbagai setting di novelnya berdasarkan apa yang ia dengar. Kita yang saat ini mampu melihat sudah seharusnya bisa melakukan apa yang telah dilakukan oleh RA.

Jadi, marilah kita buktikan akan kemampuan diri kita. Kemampuan seseorang yang memiliki tubuh normal. Kemampuan yang sudah sewajibnya bagi kita untuk dioptimalkan sehingga menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Ayo semangat menulis, semangat berkarya dan semangat untuk menjadi penulis sukses.

Sekian, Semoga Bermanfaat

-PangeranMenulis-


Read full post »

Tulislah rutin walaupun sedikit & Konsistenlah

0 komentar
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.  Pepatah ini memang benar adanya. Segala sesuatu yang sedikit jika dikumpulkan dalam waktu yang berkesinambungan akan menjadi banyak. Seperti itu juga dalam hal menulis. Ketika kita memulai menjadikan menulis sebagai kegiatan harian kita, maka seperti yang kita pernah rasakan ketika pertama kali membuat sebuah tulisan, dimana tulisan tersebut kita kita kerjakan dengan memutar otak, menguras pikiran dan hasilnya hanya beberapa paragraf. Selanjutnya sedikit demi sedikit seiring dengan konsistensi dan pengalaman kita, tulisan kita semakin panjang dan semakin banyak jumlahnya.

Di dalam menulis memang tidak semuanya dimulai dari yang sedikit, ada juga yang langsung memulainya dengan begitu banyak paragraf di dalam tulisan yang pertama dibuat, dan ini sah-sah saja. Akan tetapi yang menjadi catatan penting bagi kita di dalam awal-awal menulis, yang dibutuhkan bukanlah panjangnya sebuah tulisan melainkan seberapa besar konsistensi penulis pemula di dalam menulis. Karena tidaklah begitu besar efeknya jika kita menulis tulisan yang panjang akan tetapi frekuensinya hanya seminggu atau sebulan sekali. Akan tetapi ketika kita menulis sebuah tulisan walaupun pendek dan rutin tiap hari maka ini yang akan memberikan efek besar bagi kita, efek yang akan membuat pikiran lebih mudah di dalam mengeksplorasi sebuah ide serta tema dan tangan kita akan lebih ringan ketika diminta untuk menulis atau mengetik.

Proses menulis rutin ini memang terlihat mudah, akan tetapi agak sulit juga ketika dijalankan, terlebih ketika baru memulainya. Dan banyak juga orang-orang yang tumbang dalam proses ini dikarenakan kurang kuatnya niat mereka untuk menjadi penulis sukses. Mereka menyerah juga dikarenakan sulitnya mendapatkan ide untuk menulis di hari itu, sehingga akhirnya dia melewatkan hari itu tanpa tulisan, selanjutnya berulang dan berulang hingga akhirnya kegiatan menulis pun terhenti.

Inilah satu hal penting di dalam dunia penulisan, khususnya bagi penulis pemula. Yaitu sebuah konsistensi. Tulisan yang bagus dan berkualitas dibangun dari besarnya konsistensi seseorang di dalam menulis. Sebagaimana kokoh dan besarnya tembok cina yang tidak dibangun dalam 1 hari, melainkan berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Menulis pun seperti itu. Semakin kita konsisten di dalam menjalani proses kesehariannya, hingga berjalan bulan dan bertemu tahun, maka sudah sejatinya kualitas menulis kita akan semakin meningkat dan semakin “kokoh”.

Jadi marilah kita mulai bangun konsistensi menulis di diri kita. 1 hari 1 tulisan. Apapun itu. Kelak seiring berjalannya waktu kita akan menemukan sendiri gaya tulisan kita dan bahasan apa yang kelak akan kita tulis. Bagi teman-teman yang membaca tulisan ini, marilah di mulai dari sekarang menulis rutin dan konsistensilah. Karena segala hal yang kita kerjakan berulang-ulang dalam waktu yang lama akan menjadikan kita ahli di dalam pekerjaan tersebut. Ketika kita menulis berulang-ulang kali bertahun-tahun lamanya, maka kita pun akan menjadi ahli di dalamnya. Dan jelaslah jika sudah seperti ini, maka bukanlah hal yang sulit bagi kita untuk menghasilkan sebuah buku. So. Mari menulis rutin.

Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Jumat, 11 Oktober 2013

Ketika Kebenaran = Asing

0 komentar
Alkisah hiduplah seorang raja di suatu negeri. Negerinya menguasai daerah yang begitu luas mengarungi banyak pulau dan lautan. Kehidupannya begitu diliputi kebahagiaan. Rakyatnya hidup dengan makmur dan sejahtera.

Sang raja seringkali berkeliling ke berbagai daerah yang berada dibawah kekuasannya. Dia biasa menggunakan kuda untuk berkendara. Pada suatu ketika, sang raja ketika berkuda kehilangan kendali dan terjatuh. Tanpa diduga sang raja mengalami patah tulang pada hidungnya dikarenakan muka sang raja tepat mengenai batu yang keras dan tajam. Setelah sang raja dibawa kepada tabib kerajaan, maka sang tabib memutuskan kepada raja bahwa hidupnya harus dipotong atau dengan kata lain sang raja tidak lagi memiliki hidung. Karena jika tidak dipotong akan menyebabkan kebusukan yang bisa menyebar ke wajah. Akhirnya dengan berat hati sang raja menerima keputusan tersebut. Dan saat ini sang raja hidup tanpa hidung di wajahnya.

Beberapa waktu berlalu, perasaan sang raja semakin berkecamuk dengan wajah tanpa hidung, ketika berkeliling negeri dia merasa rakyatnya mentertawakannya walaupun tidak begitu nyata dilihatnya, dan itulah yang dirasakannya terus-menerus seiring berjalannya waktu. Akhirnya karena sang raja tidak kuat lagi menghadapi tertawaan atau celaan dari rakyatnya, sang raja memutuskan agar semua rakyat yang berada di bawah kekuasaan negerinya agar dipotong hidungnya. Dan setiap bayi yang lahir juga wajib dipotong hidungnya.

Selama berpuluh-puluh tahun keputusan sang raja tanpa hidung tersebut terus berjalan, dan hampir di semua wilayah negerinya sama sekali tidak ada yang memiliki hidung, dan bagi siapapun yang melihat manusia tanpa hidung, maka bagi mereka hal ini bukan lagi hal yang asing melainkan hal yang biasa. Hingga tanpa di duga datanglah di salah satu desa yang berada dibawah kekuasaan yang raja seorang pemuda yang tinggi berbadan tegap dan memiliki hidung. Dan jelaslah terjadi kebingunan pada penduduk desa tersebut, karena ada orang yang berbeda dari mereka, dimana yang membuat mereka bingung atau asing adalah dikarenakan adanya daging dengan dua lubang yang ada di wajahnya. Dan akhirnya sang pemuda tersebut dibawa kepada raja. Dan pemuda tersebut akhirnya dibawa ke persidangan.

Terjadilah perdebatan diantara raja, hakim dan sang pemuda. Semua, baik hakim maupun penduduk yang menyaksikan memihak kepada sang raja. Sang pemuda berkali-kali menjelaskan bahwa manusia dengan hidung adalah hal yang normal dan memang dilahirkan seperti itu. Akan tetapi dikarenakan sang raja hidup tanpa hidung begitu juga rakyatnya seperti itu, akhirnya dikarenakan egonya sang pemuda dihukum mati.

Dari kisah diatas, kita bisa belajar sesuatu. Sesuatu yang saat ini banyak terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini. Banyak contoh-contoh yang bisa kita ambil yang memang menyamai kisah diatas. Sebagaimana kita ketahui sebagai seorang muslim bahwa kita dihidupkan oleh Allah Swt. Dan kita bukan hanya sekedar dihidupkan oleh Allah Swt, akan tetapi Allah Swt juga menciptakan aturan yang harus diterapkan dan dipatuhi oleh manusia yang diciptakanNya tersebut. Hingga pada waktu yang lalu beratus-ratus tahun yang lalu kaum muslimin hidup dalam naungan khilafah dan syariat islam. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, khilafal islamiyyah diruntuhkan dan akhirnya oleh-oleh orang-orang yang telah bahu-membagu menghancurkan khilafah, ditegakanlah hukum dan aturan yang mereka telah buat dengan hawa nafsu mereka, dan hal ini terjadi hingga sekarang. Dan sekarang-sekarang ini sebagian besar manusia telah nyaman dengan aturan buatan manusia yang banyak bertentangan dengan aturan Allah Swt. Tapi dibalik itu ada sebagian kecil manusia menyampaikan gagasan untuk mengembalikan semua aturan dan hukum sebagaimana awalnya, sebagaimana harusnya yaitu kembali kepada hukum Allah dan Rasul. Dan yang sebagian kecil inilah, orang-orang yang dianggap asing, dianggap aneh oleh sebagian besar orang yang telah dihidup di dalam naungan hukum buatan hawa nafsu manusia. Hingga akhirnya sebagian kecil orang yang telah dianggap asing tersebut harus meneriman konsekuensi yaitu penangkapan, pemenjaraan, bahkan hukuman mati dan tersemat di dalam dirinya sebutan Teroris. Sebagaimana asingnya seorang pemuda yang memiliki hidung diantara mayoritas orang yang tidak memiliki hidung yang kemudian dihukum mati oleh sang raja.

Jika seperti ini adanya, maka keasingan (baca : kebenaran) ini adalah suatu hal yang harus kita pegang teguh, harus kita genggam dengan erat walaupun harus mengorbankan harta dan nyawa sekalipun. Inilah satu contoh yang bisa saya sampaikan, dan masih banyak contoh-contoh yang masih berkaitan dengan kisah diatas. Silahkan dipikirkan dan direnungkan.

Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Candu Positif

0 komentar
Mendengar kata candu, secara otomatis tanpa berpikir lagi, otak kita pasti akan memunculkan beberapa gambar di kepala ini, yaitu gambar rokok dan obat-obatan terlarang alias narkoba. Rokok dan narkoba jenis barang yang bukan makanan dan dikonsumsi oleh banyak orang saat ini. Pada pengkonsumsi rokok dan narkoba yang sudah kecanduan, pada awalnya candu yang dirasakan oleh mereka disebabkan karena adanya factor coba-coba atau factor paksaan. Satu dua kali mencoba candu itu belum terbentuk. Akan tetapi ketika sudah beberapa kali mengkonsumsi maka candu akhirnya terbentuk bahkan lebih kuat lagi diakibatkan mengkonsumsi rokok dan narkoba sudah terbentuk sebagai habits di dalam kehidupan si pengkonsumsi.

Itulah candu. Sebuah kekuatan yang ketika sudah muncul keinginan, maka mau tidak mau harus segera dilaksanakan. Sebuah kekuatan diri yang ketika diarahkan ke dalam hal yang positif akan menghasilkan begitu banyak manfaat.

Pernahkah kita membayangkan bagaimana jadinya jika Candu tersebut kita arahkan kepada hal-hal yang positif. Seringkali di dalam kehidupan kita, kita melihat candu kebanyakan di dalam hal negatif, salah satunya adalah rokok. Banyak orang yang saat ini sering mengeluh dengan kenaikan harga sembako dan bbm, sehingga mereka harus berhemat bahkan mengurangi konsumsi dua kebutuhan tersebut. Sebaliknya harga rokok yang juga mengalami kenaikan tidak dikeluhkan bahkan tingkat konsumsinya tidak dikurangi. Jika perlu berhutang untuk bisa mengkonsumsi rokok, maka berhutang pun akan dilakukan. Inilah gambaran hebatnya kekuatan candu, Jika dihitung-hitung kekuatan candu terhadap rokok dalam nilai mata uang, rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari adalah 1 bungkus atau jika dinilai dalam rupiah Rp. 15.000, maka selama satu bulan uang yang telah dikeluarkan adalah Rp. 450.000, dan ini rutin dilakukan setiap bulan selama bertahun-tahun, belum lagi jika konsumsinya lebih dari satu bungkus, atau ada kenaikan harga, maka jelas biaya yang dikeluarkan lebih besar lagi. Itulah candu negatif. Apapun dikorbankan untuk memuaskan kekuatan candu tersebut, tidak bisa tidak, jikalau tidak di lampiaskan maka bisa memberikan efek buruk bagi tubuh.

Nah, dalam candu positif, kita biasa bayangkan bagaimana jadinya ketika hal-hal negatif yang telah menjadi candu tersebut dirubah ke arah positif, contoh, konsumsi rokok tiap hari 1 bungkus, diganti dengan sedekah per hari sesuai dengan harga beli rokok, sehingga dalam satu bulan kita telah bersedekah minimal Rp. 450.000. Alangkah luar biasanya perbuatan kita. Uang yang sebelumnya kita buang sebagai penyakit di tubuh dan juga dibuang dalam bentuk asap, sekarang dirubah menjadi berbagai macam manfaat bagi orang lain. Alangkah sangat beruntungnya kita, ketika kita bisa menjadi orang yang kecanduan dalam hal positif terlebih candu dalam ibadah kepada Allah SWT.

Hal inilah yang perlu menjadi catatan penting bagi kita. Bahwa kita harus bisa menampatkan Candu pada posisi yang tepat di dalam kehidupan kita. dan kita harus berusaha keras di dalam merubah berbagai candu negatif ke dalam candu positif. Candu negatif sampai kapanpun hanya akan menghasilkan kesia-siaan, sebaliknya candu positif sampai kapanpun akan menghasilkan kemanfaatan, bagi diri sendiri juga bagi orang lain.

Mulai hari ini, mulai detik ini, marilah kita bangun candu-candu positif dalam hidup kita, terdapat begitu banyak kebaikan yang seharusnya kita jadikan candu di dalam kehidupan kita. Kelak ketika candu positif sudah banyak bersemayam di diri kita, maka kebahagiaan akan senantiasa bercokol di diri kita.

Sekian, Semoga Bermanfaat

-PangeranMenulis-


Read full post »

Rabu, 09 Oktober 2013

Belajar dari Sistem Pernafasan dan Pencernaan

0 komentar
Dilihat dari judulnya sepertinya teman-teman pasti akan mengira tulisan kali ini akan membahas masalah biologi. Dan memang benar, saya memang akan membahas masalah biologi, tapi Cuma sedikit hanya garis besarnya saja. Karena saya sendiri bukan ahli biologi, dan tulisan ini hanya akan membahas apa yang saya ingat tentang system pernafasan dan pencernaan ketika saya sekolah di sekolah menengah umum, dan akan lebih banyak membahas sisi korelasinya terkait hikmah dari dua system tersebut.

Sebagaimana hal umum yang telah kita ketahui, system pernafasan di dalam tubuh kita diawali dengan menghirup oksigen, kemudian di proses di paru-paru dan kemudian tubuh mengeluarkan dari tubuh udara yang kotor yaitu karbon dioksida. Dan dalam system pencernaan pun tidak jauh berbeda, dimana proses ini diawali dengan masuknya makanan melewati mulut kita, kemudian di proses di lambung, dan kemudian di keluarkan dalam bentuk veces (kotoran).

Itulah proses singkat yang saya ketahui dari system pernafasan dan pencernaan. Dari 2 proses tersebut kita dalam mengambil 1 pelajaran penting yaitu masukan yang baik ke dalam diri kita dan buanglah yang buruk. Sebagaimana proses di atas ketika kita bernafas, maka yang kita masukkan ke dalam tubuh adalah oksigen, udara yang bersih, udara menjadikan kehidupan kita terus berlangsung hingga saat ini. Dan makanan yang kita masukkan ke dalam tubuh juga bermanfaat di dalam memberikan energy bagi tubuh kita, sehingga tubuh bisa bekerja dengan maksimal.

Seperti itulah seharusnya kita di dalam berbuat dan berperilaku, kita harus senantiasa memasukkan berbagai hal-hal baik, berbagai pikiran positif ke dalam diri kita, sehingga dengan begitu hidup kita akan berjalan dengan lebih baik dan lebih teratur. Dan kita pun juga harus mencontoh system-sistem diatas yang terus memproses pembuangan berbagai hal yang kotor, dan beberapa hal kotor atau buruk yang harus kita buang adalah perbuatan-perbuatan buruk serta berbagai pikiran negatif yang ada di pikiran kita. Kenapa kotoran-kotoran tersebut harus kita buang?, karena kotoran tersebut jika tidak di buang akan menyebabkan penyakit bagi hati dan pikiran kita.

Jika tubuh dan jiwa kita telah terbiasa memasukkan berbagai hal-hal positif dan hal-hal negatif, insya Allah kesehatan dan keseimbangan hidup akan kita rasakan.
Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Selasa, 08 Oktober 2013

Carilah “Sapi Ungu” di dalam Dirimu

0 komentar
Bisakah kita membayangkan ketika ada gerombolan sapi yang berwarna putih sedang berjalan menelusuri tanah persawahan kemudian ada salah satu sapi yang berwarna ungu. Maka secara otomatis mata kita akan tertuju pada sapi yang berwarna ungu tersebut, dikarenakan sapi ungu tersebut tampak berbeda dari sapi lainnya yang berwarna putih. Dialah sapi yang menonjol dibandingkan dengan sapi-sapi yang lain.

Sebelum membahas si sapi, maka mari kita bersabar untuk sedikit membahas seperti apa diri kita. kita sadar tanpa ragu lagi bahwa kita adalah manusia, makhluk yang tercipta dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Makhluk yang tercipta bukan dengan membawa kesia-siaan, melainkan membawa banyak manfaat bagi makhluk lainnya. Teman-teman pembaca, kita sering alami Ketika kita membicarakan kekurangan yang ada pada diri kita, maka akan dengan mudah kita menyebutkan kekurangan-kekurangan kita. Akan tetapi sebaliknya ketika kita ditanya tentang kelebihan kita, maka kita akan terdiam membisu. Kemudian bertanya kepada diri sendiri, apa sih kelebihan yang gue miliki. Lantas kemudian berada pada tingkat kebingungan yang tinggi dalam waktu yang cukup lama.

Inilah suatu problem yang banyak dialami oleh kita. yaitu mengenai kelebihan apakah yang ada pada diri kita. Nah untuk menjawab pertanyaan diatas, maka saya akan coba menjawabnya melalui cerita saya diatas tentang si sapi ungu.

Disadari atau tidak, tiap kita memiliki kelebihan, tapi dalam bahasan kali ini kata kelebihan akan saya ganti dengan sebutan sapi ungu. Tiap kita tentunya memiliki banyak kemampuan dalam berbagai hal, akan tetapi kemampuan tersebut hanya sebatas bisa, dimana kebanyakan kita bisa melakukannya, jika keadaannya seperti ini maka kemampuan ini bukanlah suatu kelebihan melainkan suatu kemampuan biasa atau pada tulisan ini kita sebut dengan sapi putih. Ya sapi putih yang tadi banyak bergerombol.

Nah sekarang sadar ataupun tidak, tiap-tiap kita juga sebenarnya memiliki satu atau mungkin lebih sapi ungu di dalam diri kita. Akan tetapi tidak semua orang diantara kita mampu menemukan si sapi ungu yg ada di dalam diri kita, boleh jadi sapi ungunya masih kecil, atau sapi ungunya sedang tidur diantara gerombolan sapi putih yang sedang berdiri.

Jika sudah seperti ini, maka kita sang pemilik sapi ungu di diri kita masing-masing harus bersegera dan harus sensitive di dalam mencari sapi ungu tersebut. Ketika kita ingin mencari sesuatu, maka akan ada cara yang biasanya digunakan untuk mencari hal tersebut, dan terkait dengan mencari si sapi ungu, maka ada Beberapa cara yang saya ketahui di dalam mencari sapi ungu tersebut.

Caranya yaitu, yang pertama lihatlah diri kita dalam-dalam, apakah kemampuan diri yang paling menonjol yang kita rasakan dibandingkan dengan kemampuan lainnya, jika kemampuan tersebut terlihat bagai sapi ungu diantara kerumunan sapi putih, maka itulah kelebihan kita dan sudah seharusnyalah kita meningkatkan kualitas sapi ungu tersebut baik itu dengan “memberi makan makanan yang bergizi kah” atau “memberikannya nutrisi yang bisa menjadikannya tumbuh besar”. Cara yang kedua, jika memang tidak sama sekali terlihat sapi ungu diantara kerumunan sapi putih, maka carilah dengan teliti, boleh jadi si sapi ungu masih bayi atau masih sangat kecil sehingga warna ungunya belum begitu jelas, dan cara ini bisa dilakukan dengan melihat kemampuan apa yang kita punya minat atau passion di dalamnya ketika kita melakukannya, jika sudah ditemukan, maka tingkatkanlah kualitas kemampuan tersebut, sehingga menjadi lebih menonjol dibandingkan kemampuan lain bagaikan menonjolnya si sapi ungu diantara kerumunan sapi putih. Jika sudah seperti ini maka insya Allah kita tidak lagi menjadi orang-orang yang bingung di dalam mencari sapi ungu yang kita miliki. Ketika sapi ungu sudah kita temukan, maka akan dengan mudah kita menjalani kehidupan kita, kita akan mudah di dalam menentukan misi dan langkah-langkah di dalam kehidupan kita.

Baiklah, itulah sedikit sharing dari saya terkait sapi ungu di dalam diri kita. Semoga cara ini bermanfaat bagi para pembaca. Dan pembaca bisa dengan segera menemukan si sapi ungu di dalam kerumunan sapi putih yang saat ini berjalan-jalan di diri. ^_^

Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Senin, 07 Oktober 2013

Hari yang berat

0 komentar
Hari ini adalah hari yang cukup berat. Bukan berat beban yang dibawa, bukan pula berat berbagai masalah yang dihadapi. Akan tetapi berat yang dimaksud adalah berat di dalam menulis sebuah tulisan untuk hari ini.

Seharusnya saya menulis pukul 06.00 pagi dan selesai pukul 07.00 wib. Tapi saat itu pikiran benar-benar blank, kosong. Mencari kesana-kemari tidak sama sekali mendapatkan ide yang tepat yang pas untuk dituliskan. Akhirnya tugas menulis 1 hari 1 tulisan mundur dan tidak diketahui kapan harus dikerjakan.

Jam demi jam berlalu, dan tugas menulispun belum dikerjakan karena ada beberapa pekerjaan lain yang harus diselesaikan di hari ini. Dari mulai datang ke undangan pernikahan teman, bermain futsal dan beberapa kegiatan lainnya.

Tapi akhirnya setelah sekian jam berlalu, ide untuk menulis itu hadir, lebih kurang beberapa menit sebelum jam 00.00 wib. Dan benar, judulnya adalah hari yang berat, hari yang berat untuk menulis. Hari yang penuh keraguan untuk menulis. Padahal prinsip saya dalam menulis itu telah terngiang-ngiang di kepala ini, yaitu tulislah apa yang kamu ketahui, tulislah apa yang pernah kamu alami dan tulislah apa yang sedang kamu hadapi. Dan dari prinsip saya diatas maka tulisan ini bersesuain dengan prinsip yang terakhir, yaitu tulislah apa yang saat ini kamu hadapi.

Apa yang saat ini saya hadapi bisa menjadi sebuah ide, bahan untuk dijadikan sebuah tulisan. Teman-teman pembaca pun bisa melakukan apa yang telah saya buat di dalam prinsip menulis saya. Memang terlihat sulit, tapi ketika dipikirkan dengan tenang dan mendalam, maka menulis terasa begitu ringan, seringan tulisan ini yang bisa saya selesaikan dalam waktu kurang dari 10 menit. Mungkin bagi para penulis terkenal bisa membuat tulisan seburuk tulisan saya ini dalam waktu kurang dari 3 menit. Namun bagi saya, seorang newbie dalam bidang menulis, hal ini merupakan hal yang cukup luar biasa.

Baiklah teman-teman pembaca, sampai disini dulu tulisan saya untuk hari ini. Semoga dari tulisan ini dapat diambil manfaatnya yang sedikit banyak bisa menjadi insiprasi bagi teman-teman. Sampai berjumpa dengan tulisan saya yang selanjutnya.

Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-  
Read full post »

Minggu, 06 Oktober 2013

Buatlah Kran Ilmu di Otakmu

0 komentar
Tenang ya para pembaca, teman-teman pembaca memang tidak salah di dalam membaca, judul diatas memang benar, bukan salah ketik, bukan juga dikarenakan kondisi mata teman-teman yang sedang mengalami keletihan. Silahkan tarik nafas dalam-dalam, buat kondisi teman-teman tenang dulu sebelum membaca tulisan saya ini. Jika sudah dalam kondisi rilex, silahkan baca tulisan saya di bawah ini.

Menurut pemikiran saya, setiap kita manusia memiliki otak. Dan saya mengibaratkan otak manusia itu bagaikan tangki besar penampung berbagai macam hal dan salah 1 nya adalah ilmu. Segala sesuatu yang didengar oleh telinga kita, dilihat oleh mata kita, dan dirasakan oleh qalbu kita maka akan secara otomatis terekam di dalam otak kita, baik terekam dalam waktu yang sementara ataupun dalam waktu yang panjang.

Kita bisa bayangkan, apa jadinya ketika tangki besar yang kita miliki terus dialiri air, maka secara otomatis yang terjadi adalah tangki besar tersebut akan penuh atau bahasa populernya luber. Air yang telah memenuhi tangki tersebut keluar secara tidak beraturan dari berbagai sisi tangki, dan ini menandakan air tersebut telah terbuang dengan percuma, terbuang sia-sia. Dimana air tersebut tidak bisa menghasilkan manfaat sedikitpun.

Sebagaimana pemisalan diatas, seperti itulah keadaan otak kita yang setiap hari pasti mendapatkan ilmu baru, baik dari apa yang dilihat maupun apa yang didengar dan apa yang dirasakan oleh qalbu. Secara otomatis otak kita saat itu telah menumpuk ilmu, hingga akhirnya penuh bahkan meluber kemana-mana dalam artian terbuang percuma. Nah kenapa hal ini bisa terjadi pada otak kita, apakah penyebabnya?, hal ini terjadi dikarenakan ilmu yang telah menumpuk tersebut tidak kita amalkan/praktekan, dan kita juga tidak mengajarkan ilmu yang telah kita miliki tersebut, atau bahasanya kita belum membuat kran di otak kita, sedangkan di 1 sisi, ilmu baru terus masuk ke dalam otak kita, dan akibatnya terjadilah pembuangan sia-sia ilmu secara besar-besaran yang tidak memberikan kemanfaatan.

Mungkin akan timbul pertanyaan dari pembaca, kenapa harus dibuat kran ilmu di otak kita?, saya jawab, semua pembaca pasti sudah mengetahui seperti apa fungsi sebuah kran. Kran itu memiliki fungsi mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Kran sendiri memiliki system buka dan tutup, kita bisa mengatur kapan waktunya untuk dibuka dan kapan waktunya untuk ditutup. Kapan waktunya untuk dialirkan dan kapan waktunya menahan. Jadi dengan adanya kran ilmu di otak kita, kita bisa mengalirkan ilmu yang telah mengisi ruang otak kita ke tempat yang tepat, sehingga bisa menghasilkan manfaat dan ilmu tersebut tidak terbuang percuma, alias tidak terbuang sia-sia.

Lantas muncul pertanyaan berikutnya, Seperti apakah bentuk kran otak itu bisakah dijelaskan?, menurut hemat saya, kran otak itu ada beberapa bentuk, yang pertama adalah kran praktek. Kran praktek berfungsi untuk membuat ilmu yang telah masuk ke otak kita, tidak hanya mampir sebentar kemudian menghilang, dengan mengalirkan ilmu tersebut melewati kran praktek, maka akan dengan otomatis aliran ilmu tersebut mengalir ke penampungan otak bawah sadar, yang menyimpan ilmu tersebut lebih dalam dan tersimpan dalam waktu yang lama, yang kita bisa mengambilnya kapan pun kita mau.

Kran ilmu yang kedua adalah kran mengajar. Jika dalam kran praktek kita mengalirkan ilmu tersebut bagi kemanfaatan diri kita, maka pada kran mengajar, kita sedang mengalirkan ilmu di otak kita kepada orang lain. Sebenarnya kran mengajar merupakan turunan dari kran praktek, akan tetapi kran mengajar fungsinya lebih spesifik, karena kran mengajar baru bisa dilakukan setelah kran praktek dibuka. Ketika kran praktek dibuka secara teratur, maka akan dengan mudah kran mengajar dialirkan kepada orang lain. Dan dengan dibukanya kran mengajar secara teratur maka keilmuan yang ada di otak kita akan semangkit meningkat tajam, daya ingat dan penguasaan keilmuan yang kita miliki akan semakin tinggi. Sehingga dengan begini, kita akan menjadi orang-orang yang ahli atau expert di dalam keilmuan tersebut.

Itulah sedikit penjelasan dari saya terkait kran ilmu di otak kita. kesimpulannya, marilah kita membuat kran ilmu di otak kita, yaitu kran praktek dan kran mengajar. 2 kran inilah yang akan membuat ilmu di otak kita lebih bermanfaat, bermanfaat bagi diri kita sendiri juga bermanfaat bagi orang lain. Dan 2 kran itu jualah yang menjauhkan kita dari membuang ilmu dengan sia-sia, tanpa memberikan kemanfaatan sedikitpun bagi kita.

Sekian, Semoga Bermanfaat

-PangeranMenulis- 
Read full post »

Sabtu, 05 Oktober 2013

Menulis atau Mati?

0 komentar
Terkisahkan pada abad 17 masehi di suatu desa sebut saja desa corzuile, dimana di desa tersebut itu tulis-menulis merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap pemuda dan pemudi. Maka setiap orang tua di desa tersebut benar-benar menerapkan pendidikan menulis yang ketat, agar nanti di masa depan sang anak bisa menguasai dunia tulis-menulis.

Pada suatu waktu, pejabat daerah mencoba melakukan razia di desa untuk mencari adakah para pemuda dan pemudi yang tidak bisa sama sekali menulis, baik itu berbentuk cerita, puisi ataupun sekedar berita baik itu sekedar pendapat ataupun kisah nyata. Tidak lama berselang, akhirnya para pejabat menemukan lebih kurang 30 orang yang tidak bisa menghasilkan sebuah tulisan. Ketika ditanya kenapa mereka tidak bisa menulis, beberapa berasalan, saya tidak memiliki bakat dalam dunia menulis, yang lain berasalan saya tidak memiliki ide untuk menulis sebuah tulisan dan banyak alasan lainnya.

Akhirnya dikarenakan wajibnya tulis menulis bagi pemuda dan pemudi, akhirnya mereka yang telah diketahui tidak bisa menulis, dipaksa oleh pejabat desa untuk mengikuti pelatihan menulis. Pelatihannya diadakan diatas kapal kayu, yang terdiri dari 3 kapal, masing-masing kapal berisikan 10 orang peserta dan 1 orang pementor. Pelatihan diadakan dilaut, sebelum pelatihan dimulai, peserta ditutup matanya sebelum menaiki kapal, dan hingga kapal dikayuh sejauh 500 meter dari tepian pantai, semua penutup mata yang dikenakan peserta dibuka. Dan betapa kagetnya para peserta ketika mereka menyadari bahwa mereka berada dikapal kayu yang mengambang di tengah laut jauh dari tepi.

Sang pementor mulai membuka sesi pelatihan menulis. Dia mulai berkata “saya disini hanya mengarahkan, tidak memberikan bagaimana caranya menulis dengan panjang lebar, cara yang mudah bagi kalian untuk bisa membuat sebuah tulisan adalah dengan menulis, terserah apa yang kalian ingin tuliskan, laut birukah, butiran pasirkah atau apapun yang ada di pikiran kalian. Sekarang saya meminta kalian untuk membuat tulisan di kertas kosong yang telah disediakan. Saya memberikan waktu bagi kalian selama 60 menit. Dimulai dari sekarang”.

Sejenak kemudian, semua peserta berteriak secara bersamaan mengungkapkan berbagai alasan, “saya menulis 1 paragraf saja tidak bisa apalagi 1 kertas penuh, 1 hari pun disediakan waktunya, saya tidak akan mungkin bisa”, “saya sama sekali tidak memiliki bakat menulis, cara pelatihan seperti ini hanya membuang waktu, sia-sia”, “saya tidak memiliki ide, saya hanya orang bodoh, tidak akan mungkin saya bisa menulis”, dan masih banyak alasan lain dari para peserta yang menjelaskan akan ketidakmampuan mereka di dalam menulis. Dan mereka pun bersepakat agar ada cara atau metode lain di dalam pelatihan menulis saat ini.

Sang pementor diam sejenak, memikirkan cara yang tepat. Akhirnya terlihat senyum di bibirnya menandakan dia memiliki ide yang cemerlang yang bisa membuat para peserta bisa memulai untuk menulis. Sang pementor pun menyampaikan metode baru yang tepat untuk diterapkan kepada para peserta, “baiklah, aku telah menemukan metode yang tepat, dan aku pastikan kalian pasti bisa menulis, tanpa kesulitan sedikitpun, siapkah kalian mendengerkan metodeku?”. Seluruh peserta akhirnya tersenyum karena mereka terhindar dari menulis, dan mereka pun dengan senang hati mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh sang pementor, “ya kami siap”.

Sang pementor tersenyum, dan memberikan penjelasan kepada para peserta dengan penuh semangat membara, “baiklah jika kalian semua bersedia, sekarang metodeku untuk bisa membuat kalian menulis adalah, aku akan memberikan 2 pilihan bagi kalian, 1 kalian menulis di 1 kertas kosong selama 60 menit atau jika kalian tidak menyelesaikannya, maka ada 1 pilihan baik kalian yaitu, silahkan melompat dari kapal ini tanpa pelampung, dan jangan berharap kalian akan kami tolong. Tidak ada kata tapi. Silahkan mulai menulis dari sekarang waktu berjalan dimulai dari hitungan ke 3, 1, 2, 3 mulai. Bagi yang membantah akan langsung kami lemparkan ke laut”.

Seketika para peserta terdiam, muka mereka pucat. Seakan tidak ada pilihan lain di tangan mereka, akhirnya 1 per 1 dari mereka pun mulai menulis, hingga akhirnya semua peserta mulai menulis kata demi kata, kalimat demi kalimat serta baris demi baris. Tanpa terasa waktu telah berlalu lebih dari 60 menit, akan tetapi para peserta masih terus menulis, bahkan tulisan mereka melebihi dari 1 lembar kosong sebagaimana yang telah diperintahkan oleh sang mentor.

Satu per satu dari mereka akhirnya mulai berhenti menulis, yang menandakan bahwa mereka telah menyelesaikan tulisannya. Dan akhirnya sang mentor meminta kepada para peserta untuk memperhatikan tulisan di kertas yang telah mereka selesaikan. Maka secara serentak para peserta kaget bukan kepayang, melihat hasil tulisan mereka, yang ternyata melebihi dari tugas yang telah diberikan. Dan akhirnya mereka pun sadar bahwa mereka bukanlah tidak memiliki kemampuan menulis, melainkan mereka memang tidak mau dan terlalu hebat di dalam membuat banyak alasan tidak bisa menulis.

Sebelum menutup pelatihan tersebut, sang mentor memberikan wejangan kepada para peserta pelatihan paksaan menulis tersebut “wahai pemuda dan pemudi, ingatlah oleh kalian bahwa tidaklah dibutuhkan sedikitpun bakat untuk menulis. Untuk bisa membuat tulisan hanya dibutuhkan gerakan tangan yang terus menerus menuliskan kata demi kata, hingga menjadi kalimat demi kalimat dan akhirnya terbentuklah paragraf demi paragraf yang hasilnya adalah sebuah tulisan. Janganlah kalian memikirkan apa yang kalian akan tulis, tapi sebagai langkah awal di dalam menulis yang kalian perlu lakukan adalah menuliskan apa yang kalian pikirkan. Hanya semudah ini. Jika diri ini masih berat untuk menulis, maka 1 hal yang harus kalian lakukan, paksalah, paksalah tangan kalian untuk menulis, apapun itu. Tulislah apapun yang kalian ketahui, tulislah apapun yang kalian pernah alami, tulislah apapun yang hadapi. Karena dalam memulai suatu yang baru memang terasa berat, dan dibutuhkan paksaan akan hal tersebut bisa dilakukan, semakin sering kalian memaksa diri kalian, maka semakin lama diri kalian akan semakin terbiasa. Jadi aku berharap kepada kalian, agar teruslah kalian menulis, karena menulis adalah hal yang mudah, tidak sampai kalian harus mati dahulu untuk bisa membuat sebuah tulisan, karena tidak dibutuhkan rasa sakit untuk bisa menulis. Dan terlalu merugi bagi kalian jadi kalian baru bisa menulis ketika diberikan 2 pilihan, menulis atau mati. Hahahaha”

Akhirnya dari pesan sang mentor tersebut, terbukalah pikiran semua peserta akan gembok yang selama ini mengunci pikiran mereka bahwa begitu sulitnya menulis. Dan akhirnya setelah pelatihan menulis tersebut berlalu, hari-hari mereka terus diisi dengan menulis, baik itu berupa puisi, cerita ataupun berita.

Singkat cerita telah berlalu 1 dasawarsa, para pemudi dan pemudi peserta pelatihan yang dulu begitu sulitnya menulis sebuah tulisan, kini mereka memiliki profesi yang luar biasa tidak pernah diduga, ada yang menjadi pemimpin redaksi Koran ternama, penulis novel terkenal juga penulis sejarah masa lampau. Tangan mereka akhirnya menjadi ringan, ringan dalam membuat sebuah tulisan, seakan bulu yang beterbangan diterpa angin yang bertiup menyeberangi lautan. ^_^

Sekian, Semoga bermanfaat

-PangeranMenulis-



Read full post »

Jumat, 04 Oktober 2013

Tidak ada yang INSTAN untuk menuju Kesuksesan

2 komentar
Kata instan menurut hemat saya bisa berarti cepat dan mudah. Cepat untuk di dapatkan dan mudah untuk dicapai. Kata instan menandakan sedikitnya proses yang dilakukan untuk mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diinginkan.

Terkait dengan yang instan-instan, saat ini begitu banyak seminar-seminar atau buku-buku yang memberikan materi cara sukses secara instan, dengan judul yang begitu provokatif, semisal “cara kaya dalam waktu 7 hari tanpa lelah tanpa gagal” dan masih banyak lagi. Dan kemungkinan akan banyak orang yang menghadiri atau membeli buku yang berjudul seperti ini. Apalagi kemudian acara atau buku tersebut di endorse oleh artis atau motivator terkenal maka orang-orang akan semakin yakin bahwa dengan mengikuti seminar atau membaca buku ini mereka pasti bisa menggapai kekayaan dalam waktu 7 hari.

Singkat cerita telah banyak orang yang mengikuti seminar ini, dan ternyata cara yang dipaparkan oleh seminar atau buku tersebut tidak semudah judul yang tertulis, harus ada proses atau langkah-langkah yang harus dijalani. Ujung-ujungnya sebagian mengeluh, seminarnya Cuma omong kosong, dan keluhan-keluhan lainnya.

Inilah hal yang sering terjadi di sekeliling kita, dimana banyak orang-orang yang ingin sukses ingin kaya dengan instan tanpa proses panjang, tanpa proses lelah dan tanpa proses mengalami kegagalan. Padahal pelajaran terpenting yang kita harus ambil ada pada prosesnya bukan hasilnya. Hasil adalah tujuan akhir, sedangkan proses adalah cara kita di dalam menggapai tujuan tersebut.

Kembali kepada kata instan. Semua orang yang menginginkan segala sesuatunya baik itu kesuksesan maupun kebahagiaan dengan instan seharusnya belajar dari mie instan. Lah kok nyambung ke mie instan?, iya belajarlah dari mie instan, karena mie instan yang katanya bisa dinikmati dengan cara yang instan saja ketika kita ingin menikmatinya harus melewati berbagai macam proses, dari membuka bungkusnya, kemudian memasak air hingga mendidih, mencelupkan mie ke dalam air mendidih, menyiapkan bumbu-bumbunya di piring dan seterusnya sehingga mie instan tersebut selesai dihidangkan dan dinikmati.

Jadi marilah kita berpikir ulang kembali, tidak ada sesuatu yang instan, yang serba cepat lagi mudah. Semua pasti melalui banyak proses. Dan sudah selayaknyalah kita menjalani proses-proses tersebut. Hal yang instan memang mustahil untuk di dapatkan, akan tetapi percepatan di dalam proses bisa kita lakukan dengan cara belajar kepada orang-orang yang telah memiliki pengalaman, dan hal ini akan meminimalisir proses-proses yang panjang menjadi lebih singkat, akan tetapi semua bergantung kepada kita, tergantung seberapa maksimal kita menjalani prosesnya.

Kesimpulannya, kesuksesan dan kebahagiaan dalam hal apapun itu bisa diraih dengan proses, tidak ada yang instan. So mari kita mulai proses menggapai kesuksesan kita, semakin cepat dimulai maka akan semakin cepat kesuksesan bisa kita gapai.


Sekian, Semoga Bermanfaat ,
 -PangeranMenulis-
Read full post »

Kamis, 03 Oktober 2013

Belajar dari Sang Kakek Pedagang Koran

1 komentar
Pada waktu pagi hingga sore hari kemarin telah saya habiskan untuk kegiatan di luar rumah. Dari mulai tahsin di pagi hari hingga bersilaturrahim ke kantor lama saya. Ada satu hal menarik yang saya alami, dan ini terlalu sayang jika tidak saya torehkan di dalam sebuah tulisan, semoga teman-teman yang membaca tulisan ini bisa mendapatkan manfaat dari apa yang saya ceritakan ini.

Tepat sekitar pukul 09.30 wib, saat itu posisi saya berada di bus transjakarta dalam perjalanan menuju kampung melayu menuju senen dan seperti biasa, ketika tidak mendapatkan tempat duduk maka saya lebih suka untuk berdiri disebelah pintu dan menyenderkan badan di kaca yang membatasi antara penumpang yang duduk dengan pintu busnya.

Bus transjakarta terus melaju hingga akhirnya terhenti tepat di lampu merah rs carolus, disitu saya melihat ada seorang kakek pedagang koran yang sedang menghitung uang hasil penjualan korannya, bagi ukuran dia mungkin cukup besar, yaitu beberapa lembar sepuluh ribuan dan sisanya berlembar-lembar uang dua ribuan. Pada saat itu waktu masih bisa disebut pagi hari, tapi dari usahanya yang keras sang kakek sudah bisa mendapatkan hasil yang lumayan besar. Mungkin baginya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari kehidupan bagi keluarganya. Begitu terpancar rona kebahagiaan di wajahnya ketika menghitung uang tersebut.

Kemudian bus melaju, dan saya tersenyum melihat sang kakek hingga akhirnya pandangan ini berlalu dari sang kakek. Sejenak saya berpikir boleh jadi sang kakek bukanlah seseorang dengan gelar sarjana bahkan boleh jadi lulus sd pun tidak. Akan tetapi hidupnya dia lalui dengan rasa optimis yang tinggi, dia terus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan uang yang kelak akan ditukarnya dengan sesuap nasi bagi dirinya dan keluarganya. Sebaliknya saya pun memikirkan juga pada saat ini begitu banyak orang-orang yang bertitel sarjana, atau lulusan sekolah menengan atas yang jelas secara pendidikan lebih baik daripada sang kakek, akan tetapi hidupnya dilingkupi dengan rasa pesimis, mereka hanya berpikir uang hanya bisa di dapatkan dengan cara bekerja di perkantoran. Karena baginya berjualan itu apalagi ngasong di lampu merah merupakan hal yang boleh jadi hina, apalagi harus berpanas-panasan di tengah terik matahari yang meninggi belum lagi kotornya asap kendaraan.

Uniknya lagi, tidak sedikit dari mereka yang telah mengirim lamaran kesana kemari mengalami yang namanya stress lagi frustasi, dan kemudian mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Karena dia putus asa tidak bisa mendapatkan pekerjaan, sedangkan tekanan terus datang dari keluarga agar segera bekerja. Inilah hal yang banyak terjadi di negeri ini. Bagi kebanyakan orang uang = bekerja sebagai karyawan. Padahal dalam keadaan yang sebenarnya uang = bekerja/berdagang. Yaitu uang bukan hanya bisa dihasilkan dari bekerja sebagai karyawan saja, tapi dengan berdagang pun kita bisa menghasilkan uang. Baik berdagang dari mulai pedagang asongan hingga pedagang restoran.

Jadi berdasarkan apa yang sudah saya paparkan diatas, sudah waktunya bagi kita saat ini untuk merubah mindset yang boleh jadi tertanam dalam-dalam di pikiran kita. Mulianya seseorang tidak di dilihat dari seperti apa dia bisa menghasilkan uang, tapi semua dilihat cara yang dilakukannya apakah ia mendapatkannya dengan cara yang halal atau haram. Bekerja kantoran bukanlah kewajiban, yang menjadi wajib bagi kita adalah bagaimana bisa mencari nafkah dengan cara yang di ridhoi Allah untuk menghidupi diri dan keluarga. Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa berusaha di dalam menggapai rezekinya, soal besar dan kecilnya Allah yang menentukannya. Mungkin kita memulai kehidupan mencari nafkah kita dengan mengasong, akan tetapi boleh jadi dengan usaha keras kita perlahan-lahan seiring dengan berkembangnya pikiran dan modal kita, kita menjadi bosnya para asongan atau lebih dari itu.

So, rezeki telah Allah tebarkan bagi kita, silahkan kita mengambilnya dengan cara yang kita mampu, jika memang kita ingin mendapatkannya dengan bekerja sebagai karyawan, ya silahkan. Akan tetapi jika kesempatan untuk menjadi karyawan tidak kunjung datang, maka berdagang merupakan pilihan yang bijak untuk dijadikan sebagai tempat untuk mengais rezeki yang telah ditebarkan oleh Allah.

Sekian. Semoga bermanfaat.


-PangeranMenulis-
Read full post »

Rabu, 02 Oktober 2013

“Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai”

0 komentar
Pepatah diatas seringkali saya baca di buku-buku motivasi dan buku-buku pengembangan diri. Pepatah yang memiliki kandungan makna dan pelajaran yang begitu dalam. Walaupun hanya terdiri dari beberapai kata, tapi kalimat tersebut menyiratkan pesan yang penting bagi kita untuk bisa dipahami dan dijalankan.

Jika kita pernah melihat petani yang menanam benih padi di persawahan, maka ketika panen kita akan melihat persawahan mulai menguning, dan padi sudah siap untuk dipanen, dikuliti kemudian dijual. Itulah proses penanaman padi yang berasalah dari benih padi. Begitu juga dengan tanaman lainnya pasti akan sama hasil yang kita tuai dengan yang kita tanam. Sebuah hal yang mustahil, ketika kita menanam ubi, maka hasil panen dari tanaman ubi tersebut adalah buah durian.

Itulah kehidupan, dan bukan hanya pada tanaman, di dalam kehidupan sehari-hari kita, pepatah tersebut juga berlaku. Ketika kita menanam berbagai kebaikan, maka hasilnya adalah kebaikan. Begitupun sebaliknya ketika kita menanam keburukan maka kelak kita akan memanen keburukan.

Sebagai contoh, ketika kita bersedekah dengan ikhlas. Secara langsung ataupun tidak langsung kita pasti merasakan efek dari sedekah kita, baik dalam bentuk kemudahan-kemudahan yang kita rasakan dan atau rezeki yang datang secara tiba-tiba. Dalam contoh lain, semisal orang yang melakukan tindakan korupsi, maka hasil dari tanaman korupsi yang telah ditanamnya adalah dia hidup di dalam ketidaktenangan, belum lagi jika dia diketahui telah melakukan tindakan tersebut oleh masyarakat, maka dia akan dilaporkan kepada yang berwajib, dan dikucilkan oleh masyarakat.

Begitupun dengan pikiran kita, ketika kita menanam pikiran-pikiran positif, penuh dengan optimisme dalam menghadapi masa depan, insya Allah langkah-langkah untuk menggapai kesuksesan akan terasa lebih mudah. Sebaliknya, ketika yang kita tanam adalah pikiran-pikiran negatif, penuh dengan pesimisme, maka sudah dipastikan langkah akan terasa begitu berat ketika dilangkahkan untuk menggapai kesuksesan.

Seperti itulah contoh kongkret dari pepatah diatas, masih banyak contoh-contoh lain yang bertebaran di dalam kehidupan kita.

Sebagai penutup dari tulisan ini, saya ingin mengutipkan beberapa Ayat Al-Qur’an yang boleh jadi merupakan sumber dari timbulnya pepatah diatas, dan ketika kita membaca pepatah tersebut kita bisa termotivasi untuk berbuat kebaikan, maka semoga dengan membaca ayat-ayat ini kita menjadi lebih termotivasi lagi.

Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (Q.S. Thaha : 15)

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Q.S. Ar-Rahman : 60)

Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu. (Q.S. An-Naml : 89)

Tanamlah segala hal yang baik dalam pikiran dan perbuatan kita. karena kelak insya Allah kita akan menunai berbagai kebaikan di dalam kehidupan kita. Selamat Menanam kebaikan.

Semoga Bermanfaat

-PangeranMenulis-
@AbdulMhakim
Read full post »
 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger