Sabtu, 31 Agustus 2013

Memulai

0 komentar
Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ada permulaannya. Setiap manusia yang berjalan di daratan dan lautan juga ada permulaannya di dalam kehidupannya. Itu artinya semua pasti berawal, dan juga kelak akan berakhir.

Manusia yang terlahir ke bumi dari rahim ibunya, memulai kehidupannya dengan tangisan, yang menghadirkan kegembiraan bagi sang ibu dan ayah. Setiap tulisan yang tergores di dalam secarik kertas putih, baik dalam bentuk buku, novel, Koran, dll semua diawali dengan ditulisnya 1 buah huruf yang kemudian diikuti dengan huruf-huruf lainnya. Tidak seketika tulisan itu bisa langsung menjadi buku tanpa melalui proses memulai, yang kemudian berlanjut dengan proses edit, dan proses penyelesaian.

Di dalam berbagai keahlian pun semua di awali dari yang namanya proses memulai. Tidak semua ahli mesin langsung berada dalam penguasan atas mesin yang dia ciptakan atau kendalikan, melainkan dia memulainya melalui proses belajar memahami bagaimana kerja sebuah mesin dan system mekanika mesin, kemudian proses tersebut diiringi dengan praktek yang dengan pengulangan prosesnya kemudian dia menjadi ahli mesin. Hal ini pun berlaku bagi para ahli di berbagai bidang yang ada.

Kesuksesan pun merupakan hal yang sama dengan berbagai penjelasan diatas, bahwa sukses adalah hasil dari sebuah proses, dan jelaslah bahwa tiap proses pasti memiliki permulaan, tanpa permulaan, tanpa memulai, kesuksesan adalah semua angan-angan kosong alias mimpi semata. Maka jika kesuksesan ingin kita gapai, segeralah memulai. Mulai dari hal yang terkecil/termudah kemudian nikmatilah proses-proses selanjutnya. Jauhkanlah berbagai perasaan takut dan khawatir akan gagal sebelum memulai, karena rasa takut tersebut hanya ada dalam perasaan, dan belum tentu terjadi seperti apa yang kita bayangkan. dan sebaik-baik obat rasa takut dan khawatir tersebut adalah dengan memulai. So, Marilah kita Memulai Kesuksesan kita pada saat ini, jam ini, menit ini dan detik ini. Jangan sampai kita menyesali masa lalu ketika kesuksesan sudah ada selangkah di depan kita, tapi kita malah berdiam diri menyia-nyiakan kesempatan itu.

Semoga bermanfaat


-PangeranMenulis- 
Read full post »

Jumat, 30 Agustus 2013

Ayam di dalam Kandang

0 komentar
Beberapa bulan yang lalu, keponakan saya membeli seekor anak ayam di pasar. Ayam kecil itu terus dirawatnya ketika dia menginap dirumah saya, hinggal akhirnya dia harus pulang dan akhirnya anak ayam tersebut dirawat oleh kakak saya. Anak ayam tersebut diletakkan di kandang besi yang biasa digunakan sebagai kandang burung. Setiap pagi kakak saya rutin menyediakan makan dan minumnya yang diletakkan di dalam kandang. Terkadang ayam tersebut dikeluarkan dari kandang, akan tetapi ayam tersebut tidak kabur, hanya berjalan di sekitar rumah, dan kembali lagi berjalan ke dekat kandang.

Seiring waktu berjalan anak ayam tersebut terus bertumbuh, badannya semakin besar sedangkan kandang yang menjadi tempat tinggal tidak berubah, sehingga menyebabkan sang ayam merasa kesempitan, dan di satu sisi sang ayam pun sulit untuk dikeluarkan dari kandang. Membutuhkan cara khusus untuk mengeluarkannya dari kandang, jika semakin dibiarkan jelas akan sulit mengeluarkannya melainkan dengan membelah kandangnya.

Dari kenyataan yang kita lihat diatas kita bisa mengambil sebuah pelajaran. Ayam diatas bisa diibaratkan orang-orang yang berada pada “comfort zone” baik itu karyawan atau pun pedagang, tapi hal ini lebih mengarah pada gaya hidup karyawan. Dimana para karyawan itu berada pada tempat yang nyaman, pendapatannya pasti datang tiap bulan, sebagaimana ayam yang rutin diberi makan pagi dan siang hari, sehingga ketika dia diberi kebebasan, dia tidak berani menjauh dari tempat dijaminnya pemberi makan dia. Karena dia khawatir akan sulit mencari makan diluar kandangnya. Beberapa karyawan pun bersifat seperti itu, mereka lebih memilih hidup dalam jaminan pendapatan, daripada hidup bebas tidak terikat tapi jauh dari aman, itu yang terdapat di dalam pikiran mereka.

Seiring waktu berjalan semakin besar tanggunan yang dimiliki sang karyawan, ketika dia menikah dan mempunyai anak, belum ditambah cicilan kendaraan, juga cicilan rumah. Inilah yang terjadi sebagaimana ayam yang bertambah besar, yang sulit untuk keluar dari kandangnya, di satu sisi sang ayam pun merasa nyaman karena hidupnya terus dijamin dari pagi hingga malam hari.

Inilah gambaran kehidupan yang ada di sekeliling kita, dan boleh jadi kita yang mengalami hidup yang seperti itu. Semua yang terjadi pada kita adalah pilihan hidup kita yang berasal dari pikiran kita. Saya pribadi tidak menyalahkan jika ada orang-orang yang berpikiran seperti di atas, lebih memilih hidup nyaman dengan adanya jaminan, di lain sisi ada orang-orang yang merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya dan ingin berubah haluan, akan tetapi apa daya, tanggungan hidupnya lebih besar daripada keberaniannya untuk hidup bebas berwirausaha. Semua kembali berujung kepada pilihan, dan setiap pilihan memiliki resiko tersendiri. Mulai saat ini nikmatilah hidup kita, dalam kondisi apapun kita, yang terpenting teruslah berprestasi, jika ada peluang untuk berubah, manfaatkanlah semaksimal mungkin, jika ingin tetap diam dalam “kenyamanan” ya silahkan. Hidup kita yang menentukan.

Semoga bermanfaat

-PangeranMenulis-


Read full post »

Kamis, 29 Agustus 2013

Bukan yang sempurna, tapi yang menyempurnakan

0 komentar
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
(Q.S. At-Tin : 4)

Pada ayat diatas Allah menyatakan bahwa tiap-tiap manusia diciptakan dalam sebaik-sebaik bentuk, walaupun manusia ada yang lahir dalam keadaan cacat, maka dia pun termasuk di dalam sebaik-baik bentuk yang telah Allah ciptakan.

Perlu kita pahami bahwa sebaik-baik itu bukan berarti sempurna dan manusia yang sempurna secara jasmani maupun ruhani maka dia sudah dipastikan baik, tapi tidak ada manusia yang sempurna dan manusia terbaik yang ada di bumi adalah Nabi Muhammad SAW.

Di dalam hidup kita, seringkali kita mencari yang sempurna, baik di dalam urusan mencari teman, rekan bisnis dan juga jodoh. Padahal jika kita sadari, diri kita sendiri pun jauh dari sempurna. Karena sejatinya manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan juga kekurangan. Maka sebuah hal yang lucu ketika kita mencari yang sempurna tapi kita sendiri jauh dari sempurna.

Allah SWT menciptakan manusia penuh dengan perhitungan, mengisi keadaan tiap-tiap ciptaannya dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda satu sama lain. Yang dengannya akan timbul kebutuhan dari insan yang satu ke insan lainnya. Bisa kita bayangkan bagaimana jadinya jika semua manusia diciptakan sempurna tanpa kekurangan sedikitpun, bila saat ini saja banyak manusia yang diberi sedikit kelebihan oleh Allah kemudian dia berlaku sombong, hampir dipastikan kesombongan akan memenuhi relung jiwanya jika kesempurnaan ada pada dirinya, kecuali orang-orang yang Allah lindungi dari kesombongan sebagaimana tauladan terbaik kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Mulai saat ini, kita harus terus menyadarkan diri bahwa tiada insan yang sempurna, tiap-tiap kita pasti memiliki kekurangan, walaupun seringkali kita memandang seseorang pada kelebihannya saja. Semua jalan hidup kita telah Allah gariskan, tapi taqdir yang terjadi di masa depan adalah apa yang kita pilih dan tentukan. Maka pilihlah temanmu, rekan bisnismu, jodohmu dan apapun itu dengan pertimbangan berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunnah, bukan atas kelebihannya atau keinginan nafsu kita. Jangan sampai kita terpaku pada kelebihan yang ada pada dirinya, kemudian menyesal ketika melihat kekurangannya yang baru kita ketahui setelah kita melakukan pilihan kepadanya. Oleh karena itu berusalah kita menjadi orang yang bijak dalam memilih, jangan kita mencari yang sempurna, karena engkau tidak akan menemukannya, tapi carilah mereka-mereka yang bisa menyempurnakan diri kita, yang senantiasa menghargai kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita, yang kelebihan-kelebihan mereka menjadi pelengkap bagi kekurangan yang ada pada diri kita.

Semoga bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Rabu, 28 Agustus 2013

Pilihan

1 komentar
Setiap manusia hidup di dalam dunia yang sama, akan tetapi mereka menjalani dan memiliki taqdir yang berbeda-beda. Mereka adalah makhluk yang sama, sejenis, akan tetapi di dalam perjalanannya pilihan-pilihan lah yang membuat jalan kehidupan mereka berbeda-beda.

Setiap kita diberikan pilihan oleh Allah, tiap detiknya adalah waktu yang Allah berikan bagi kita untuk menentukan pilihan hidup kita. Dan sebagai manusia, sudah seharusnya kita menyadari hal ini bahwa hidup kita tidak bisa lepas dari yang namanya pilihan. Memilih untuk menjadikan hidup lebih berarti atau memilik untuk menjadikan hidup tanpa ada arti.

Dalam kehidupan kita, seringkali kita dibenturkan oleh 2 pilihan yang sulit, dan pada saat itulah seringkali kita membuang waktu pada kebimbangan, memilih salah 1 diantara 2 pilihan tersebut. Tanpa sadar kita merasa bahwa kita belum memilih, padahal bimbang yang kita berada di dalamnya adalah sebuah pilihan juga, yang menyebabkan waktu hidup kita terbuang percuma, terbuang dalam diam.

Betapa pentingnya kita harus mulai membentuk diri kita dari mulai saat ini, membentuk diri yang melakukan respon cepat atas pilihan yang tersedia di setiap waktu, karena waktu terus berjalan walaupun kita diam. Jika kebimbangan mulai menghantui pikiran, yang menjadi penghambat di dalam menentukan pilihan, maka prioritas yang harus kita kedepankan. Manakah diantara 2 pilihan yang ada, yang merupakan hal yang harus di dahulukan. Jika jawaban sudah kita temukan, maka pilihlah dan yakinilah.

Setiap kita pasti seringkali mengalami sebuah kekhawatiran atas setiap pilihan yang kita telah tentukan, kekhawatiran akan sebuah hasil dari apa yang telah kita pilih. Hal ini adalah sebuah konsekuensi normal dari sebuah pilihan, dimana pilihan kita adalah taqdir yang kita pilih, yang akan menjadi penentu bagi kelanjutan cerita hidup kita di masa yang akan datang. Sadar atau tidak sadar, hidup kita saat ini pun merupakan sebuah hasil dari pilihan hidup kita di masa lalu. Jika saat ini hidup kita sengsara, maka jangan salahkan Allah atas apa yang ada pada kita, karena itu disebabkan oleh pilihan kita. Karena seringkali orang menyalahkan taqdirnya dan berpasrah diri atas apa yang ada pada dirinya. Padahal dia pun memiliki pilihan untuk bangkit dan menjauh dari kesengsaraan yang menyelimuti kehidupannya, tapi dia lebih memilih untuk menyerah, bertekuk lutut dibawah kepasrahan.

Itulah sedikit hal terkait dengan pilihan. Maka yang menjadi catatan penting bagi kita adalah, bahwa bahagia dan kesengsaraan adalah sebuah pilihan. Surga dan neraka yang kelak akan kita tinggali di akhirat adalah hasil dari sebuah pilihan. Beribadah kepada Allah dengan giat dan bermalas-malasan dalam ibadah juga adalah sebuah pilihan. Diam tanpa gerak perbuatan dan lisan pun adalah sebuah pilihan. Tulisan yang saat ini dibaca juga merupakan hasil dari sebuah pilihan. Jadi, hidup kita tidak bisa lepas dari memilih. Oleh karena itu pilihan kita kelak akan menentukan taqdir kita di masa depan, jadi silahkan memilih, dan tataplah masa depanmu dengan pilihan hidupmu.

Semoga bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Selasa, 27 Agustus 2013

Bisa karena terbiasa, Bisa karena tidak pernah putus asa

0 komentar
Seorang anak sd sebut saja arif, memulai sekolah perdananya pada tanggal 1 september, betapa dia bergembira menjalani kehidupan hari itu. Semua hal yang berkaitan dengan sekolahnya telah disiapkan oleh ibunya, pakaian, buku, tas, serta bekal dan tidak ketinggalan sepatu hitam yang bertali. Sebelum berangkat, arif menggunakan sepatu talinya, dan ibunya mengikatkan tali sepatunya, dia melihatnya dengan seksama, dan dia bergumam di dalam hatinya bahwa mengikat sepatu itu ternyata tidak mudah.

jarak sekolah dan rumah arif tidak terlalu jauh, sehingga sang ibu tidak mengantarkan arif berangkat sekolah. Setelah arif belajar hingga siang hari, adzan dzuhur pun berkumandang di masjid sekolah, dan semua murid sekolah diperintahkan untuk sholat dzuhur berjama’ah. Dengan segera arif menuju ke masjid bersama teman-temannya, dan dengan semangat dia menarik dan membuka tali sepatunya, dan ternyata yang terjadi tali sepatu arif bukan terbuka malah menjadi kusut/terikat mati. Arif kemudian bingung harus berkata apa, hingga akhirnya dia melihat seorang guru, dan meminta tolong kepada gurunya akan membukakat tali sepatu yang terikat mati tersebut. Akhirnya tali yang terikat mati tersebut bisa terbuka, dan sang guru kemudian membuka perlahan-lahan tali sepatu yang satunya, dan meminta kepada arif agar memperhatikan bagaimana cara membuka tali sepatu yang benar. Setelah itu arif kemudian sholat, dan dia pun duduk di teras untuk memakai sepatunya, kembali dia termenung, bagaimana cara mengikat tali sepatu yang benar, seperti yang telah dilakukan ibunya, kemudian dia beranikan diri untuk mencobanya, dan hasilnya, ikatan sepatu yang dibuatnya kusut/terikat mati.

Belajar dari pengalaman di hari kemarin, dia kembali melihat cara mengikat tali sepatu yang dilakukan oleh ibunya, dan setelah melihatnya, dia yakin bahwa dia pasti bisa mengikat dengan benar. Setelah sholat dzuhur dia kembali harus melakukan hal tersebut, yaitu mengikat tali sepatu, dan hasilnya masih jauh dari benar, tapi setidaknya tali sepatunya tidak terikat mati. Setelah sampai dirumah arif tidak buru-buru membuka sepatu dan langsung masuk kamar. Tapi dia tetap berada di teras rumahnya, yang dilakukannya hanya 1, mengikat tali sepatu dan membukanya berkali-kali. Dan selama 1 minggu hal ini dilakukannya, setiap pulang sekolah dia terus-menerus belajar mengikat tali sepatu. Dan pastilah kita mengetahui hasil latihannya selama seminggu telah berbuah, tiap pagi ketika berangkat sekolah tidak pernah lagi sang ibu mengingatkan tali sepatunya, karena dia telah bisa mengikat tali sepatunya sendiri. Bahkan dengan hanya beberapa detik dia bisa mengikat tali sepatunya dengan baik.

Sebuah pelajaran yang bisa kita ambil dari si arif adalah, segala sesuatu apapun itu, sesulit apapun itu kita pasti bisa melakukannya, tapi dengan syarat, kita harus terbiasa melakukannya, dan tidak pernah berputus asa seberat apapun usaha untuk melakukannya. Karena kemampuan kita melakukan sesuatu itu disebabkan oleh kebiasaan kita, ketika hal itu sudah menjadi kebiasaan maka kesulitan akan berubah menjadi kemudahan. Tapi untuk membuat suatu hal menjadi kebiasaan adalah dengan tiada henti untuk terus mencobanya, pantang putus asa di awal-awal ketika kita membangun kebiasaan tersebut, ketika kesulitan mulai perlahan-lahan terkikis oleh usaha yang keras lagi pantang menyerah, maka kemudahan lah yang menjadikan hal yang dikerjakan mudah untuk dibiasakan, dan setelah terbiasa melakukannya maka bisa melakukannya dengan tanpa beban adalah sebuah keniscayaan. Rumus ini bisa dilakukan, dalam hal apapun dan oleh siapapun.

Semoga bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Senin, 26 Agustus 2013

Sudahkah kita menjadi Pribadi yang bermanfaat bagi orang lain?

0 komentar
Dunia, adalah tempat dimana saat ini kita tinggali, tidak ada satu pun makhluk walaupun itu hanya sebesar atom melainkan merupakan ciptaan sang Maha Pencipta. Kita selaku manusia yang menjadi makhluk utama di bumi, yang dimana tumbuhan, hewan dan ciptaan lainnya di bumi diciptakan oleh Allah untuk kita, untuk mendukung berjalannya kehidupan kita.

Sadar atau tidak, segala apa yang diciptakan oleh Allah di langit maupun di bumi tidak ada yang sia-sia, semua pasti menghasilkan manfaat bagi makhluk lainnya di bumi yang khususnya untuk manusia. Ketika kita mencoba untuk merenungkan ciptaan Allah yang mungkin terlihat menjijikkan semisal kotoran binatang ternak, apakah ciptaan ini tidak menghasilkan manfaat?, jika kita menjawab bahwa kotoran tidak memiliki manfaat, ini jawaban yang salah besar. Kenapa, karena kotoran binatang ternak sangatlah bermanfaat, yang dimana dari kotoran tersebut bisa dimanfaatkan menjadi pupuk bagi tumbuh-tumbuhan, yang dengan pupuk tersebut pepohonan tumbuh dengan suburnya, bahkan menghasilkan buah yang baik yang berujung pada pemanfaatan bagi manusia. 

Kemudian, di ciptaan Allah yang lain, yang seakan tidak dipedulikan bahkan dihindari yaitu debu, ciptaan Allah yang merupakan partikel-partikel kecil sebesar atom ini tidaklah diciptakan oleh Allah melainkan memberikan manfaat bagi manusia. Salah satu manfaat debu bagi manusia adalah sebagai benda yang mensucikan manusia dari hadats kecil, yaitu sebagai alat bantu tayamum, ketika manusia tidak bisa menggunakan air untuk berwudhu.Itulah beberapa ciptaan Allah, yang dalam pandangan manusia sangat menjijikan, terlihat tidak memiliki manfaat,  tapi ternyata di balik itu tersimpan banyak manfaat bagi manusia.

Kita telah melihat beberapa pelajaran dari 3 paragraf diatas, dan yang menjadi catatan penting bagi kita, apakah kita sebagai manusia sudah bisa memberikan manfaat kepada manusia lainnya, atau bahkan sebaliknya, kita malah menjadi makhluk yang menyebabkan kerusakan bagi manusia lainnya. Patutlah kita merenungkan diri kita, jika hidup kita saat ini belum atau tidak sama sekali memberikan manfaat bagi manusia lainnya, maka jelaslah bahwa diri kita saat ini lebih buruk dari debu, bahkan lebih buruk dari kotoran binatang ternak. Padahal Rasulullah Saw di dalam haditsnya menyatakan bahwa, salah satu syarat untuk menjadi manusia yang baik diantara manusia lainnya adalah dengan menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya,

Rasulullah SAW bersabda:

خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

Maka mulai saat ini, pikirkanlah, apa manfaat yang bisa kita lakukan di dalam kehidupan kita yang bisa kita berikan kepada orang lain, karena Allah menciptakan kita bukan untuk hal yang penuh dengan kesia-siaan.

Wallahu a’lam

Sekian, semoga bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Minggu, 25 Agustus 2013

Tulislah apa yang ingin kau tulis

1 komentar
Menulis adalah sebuah kegiatan yang unik. Apapun bisa kita tulis, semua yang ada di kepala kita bisa menjadi bahan bagi tulisan kita. Baik itu pengalaman hidup kita, hal-hal yang baru saja terjadi di dalam kehidupan kita ataupun ilmu yang kita miliki yang kemudian kita tuangkan di dalam sebuah tulisan.
Semua kalangan menyukai kegiatan menulis, baik itu orang tua, remaja juga anak-anak, dalam bentu diary, cerpen, puisi, dan novel. Kebanyakan mereka menulis dikarenakan ingin menyampaikan sebuah gagasan, atau menyampaikan isi hati yang sulit jika dijelaskan dengan lisan.

Bagi orang-orang yang telah terbiasa menulis, maka membuat sebuah tulisan bagi mereka adalah hal yang mudah, semudah mengikat tali sepatu sebagaimana anak sd yang awalnya diikatkan oleh ibunya, kemudian seiring sejalan dia terus mencoba hingga akhirnya bisa mengikat sepatu tanpa melihat lagi tali yg ingin diikatnya. Di lain sisi, bagi orang yang tidak terbiasa menulis, membuat satu kalimat bagi mereka adalah hal yang sulit, sesulit membuat tiramisu yang lezat yang dijual di restoran-restoran eropa. Dimana dia jauh dari percaya diri, sehingga setiap kalimat baginya selalu salah, sehingga tombol penghapus, tipe x atau tombol backspace selalu menjadi teman baiknya ketika dia menulis. Hingga akhirya muncul perkataan menulis itu Susah.

Padahal jikalau disadari, tiap hari hidup yang saat ini dijalani tidak pernah lepas dari yang namanya menulis. Berapa kalikah dalam 1 hari kita mengirim sebuah sms, bukankah sms adalah rangkaian kalimat yang kita tulisankan dari apa yang kita pikirkan?. Bagi kawan-kawan yang saat ini memiliki jaringan social baik itu facebook atau tweeter, tidakkah status yang kalian tulis merupakan gagasan dari pikiran yang dituangkan dengan gerakan jari hingga terciptalah sebuah tulisan?

Lantas apalagi alasan yang menjadi penghalang bagi kita untuk menulis?. Jika kita khawatir akan komentar orang terhadap tulisan kita, bahwa tulisan kita buruk, tidak berkualitas, seharusnya kita bangga, karena ternyata tulisan kita masih ada yang membaca. Dan berbahagialah, karena komentar-komentar seperti itulah yang kelak menjadikan kita terpacu, untuk membuat tulisan yang lebih baik lagi. Sebaliknya jika kita tidak siap dengan komentar-komentar negatif dari orang lain atas tulisan kita, maka teruslah menulis, simpanlah tulisan tersebut sebagai bahan bacaan kita sendiri, jangan sampai hal tersebut menjadi penghalang bagi kita untuk menulis.

Pesan terakhir dari tulisan ini bagi saya pribadi dan kawan pembaca, biarkanlah jari-jari tangan kita menari diatas kertas dengan goresan pena, menari diatas keybord, tanpa henti, cukuplah 1, 2 kali kita menggunakan tipe x, atau menekan tombol backspace. Teruslah menulis hingga tulisan itu rampung, tulislah apapun yang ingin kita tulis, tulislah apapun yang ingin kita sampaikan, dan tulislah apapun yang kita ketahui. Karena dengan begitu sebuah gagasan di kepala telah dituangkan, dan ilmu yang kita miliki telah tergoreskan, yang semoga dengan itu bisa menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Sekian

Semoga bermanfaat

-PangeranMenulis-


Read full post »

Sabtu, 24 Agustus 2013

Vonis Kematian

1 komentar
Pernahkah di dalam kehidupan kita, kita mendapatkan vonis kematian dari seorang dokter?. Jikalau belum pernah, taukah kita bahwa ada orang-orang yang mendapatkan vonis dari dokter terkait dengan waktu kematiaannya atau sisa hidupnya?

Saya seringkali melihat banyak informasi terkait vonis kematian ini, baik dari berbagai media informasi cetak atau elektronik, dan juga kadang saya melihatnya di film-film sineton ketika saya sedang menontonnya. Dari apa yang saya tau ada orang-orang yang berpenyakit tertentu kemudian mendapat vonis dari dokter mengenai sisa waktu hidupnya. Semisal orang yang sakit leukemia (kekurangan darah putih), dia di vonis oleh dokter bahwa sisa hidupnya tinggal 3 bulan, 6 bulan lagi atau lebih. Seketika itu pula orang yang di vonis tersebut “down”, seakan-akan kebahagiaan hidupnya akan terenggut.

Hal menarik yang kita bisa jadikan pelajaran adalah, seperti apa sikap seseorang ketika mendengar  vonis kematian yang ditujukan kepadanya. ada sebagian orang yang menyikapinya dengan putus asa, kemudian hidupnya dirundung kesedihan, ketakutan lagi kekhawatiran, sehingga banyak dari mereka yang mati dikarenakan “shock” atau mereka mengakhiri hidupnya dengan lebih cepat yaitu bunuh diri. Di lain sisi ada juga orang-orang yang setelah mendapat vonis kematian, mereka hanya “down” sejenak, kemudian step by step dia menata kembali kehidupannya, dan hidupnya dia isi dengan penuh optimisme, dia manfaat kan “sisa-sisa” umurnya dengan memperbaiki amal-amal ibadahnya, sehingga hidupnya berputar 180 derajat dari kehidupan dia yang sebelumnya boleh jadi jarang beribadah menjadi taat beribadah.

Itulah keadaan-keadaan yang sedikit banyak terjadi di dunia ini. Lantas yang jadi pertanyaan bagi kita adalah, bagaimanakah sikap kita, jika seandainya kita yang mendapatkan vonis kematian tersebut? Dan tahukah kita bahwa diri kita pun termasuk ke dalam orang-orang yang sudah di vonis mati?

Itulah beberapa pertanyaan yang sudah seharusnya kita ketahui. Jika kita melihat Al-Qur’an Al-Karim, maka ada beberapa ayat yang berisikan vonis kematian dari Allah kepada kita, yang seharusnya membuat kita khawatir dan menjadikan kita pribadi-pribadi yang mempersiapkan diri yang sudah dipastikan akan bertemu dengan yang namanya kematian, sebagaimana Ayat Allah :

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" 
(Q.S. Ali Imran : 185)

Pada ayat diatas, begitu jelas menginformasikan kepada kita bahwa kita semua pasti akan mati. Jika vonis dokter yang jauh dari pasti membuat kita takut setengah mati, maka sudah seharusnya kita lebih takut akan vonis Allah yang jelas pasti akan terjadi. Jika dokter memvonis kematian seseorang atas penyakitnya 2, 3 bulan bahkan lebih, tapi vonis Allah adalah misteri, bisa jadi 5 menit setelah membaca tulisan ini kita akan mati, atau bisa jadi 1 jam yang akan datang ajal telah menjemput kita, dan setiap waktu adalah hal yang mungkin bagi kita selaku manusia bertemu dengan kematian.

Maka yang perlu kita garis bawahi dan pertebal dengan tinta hitam adalah bahwa mati adalah hal yang pasti, dan Allah sudah menentukan umur hidup kita di dunia. Maka sebaik-sebaik sikap kita terhadap hal ini adalah kita harus terus menjadikan diri kita pribadi-pribadi yang mempersiapkan kematian, yaitu dengan senantiasa berdzikir kepada Allah, beribadah kepada Allah di setiap saat di setiap waktu. Setiap kita tidak ada yang mengetahui kapad ajal akan menjemput, termasuk dokter ahli kesehatan terhebat di dunia pun tidak mengetahui kapan dia akan mati, walaupun dia terkadang memberikan vonis kematian bagi seseorang. Jadi sekali lagi, yakini bahwa kematian selalu ada di depan kita, dia datang tepat waktu, tidak bisa dimundurkan tidak bisa pula dimajukan, dia mendatangi kita dalam apapun kondisi kita. Oleh karena itu bersiap-siaplah.

Wallahu a’lam

Semoga bermanfaat


-PangeranMenulis-
Read full post »

Jumat, 23 Agustus 2013

Tidak Berharap Balasan, tidak pula Ucapan Terima kasih

0 komentar
Setiap manusia di bumi memiliki sifat yang berbeda-beda dalam urusan kebaikan, ada yang menghitung-hitung kebaikannya, ada juga yang dengan mudah melupakan perbuatan baik yang telah dilakukannya. Kita sadari seringkali kita sebagai manusia biasa mengharapkan adanya balasan atau minimal ucapan terima kasih ketika kita memberikan kebaikan atau pertolongan kepada orang lain. Atau kadang juga muncul di dalam diri kita perasaan ingin agar perbuatan baik kita bukan hanya dibalas dengan ucapan terima kasih tapi juga agar banyak orang mengetahui perbuatan kita tersebut, dan jelaslah hal ini harus benar-benar kita hindari, karena bisa menyebabkan kesia-siaan yaitu tidak adanya pahala atas perbuatan baik yang kita telah lakukan.

Sebuah catatan penting yang harus kita perhatikan adalah betapa berbuat ikhlas, melakukan kebaikan 100% hanya karena Allah adalah hal yang sulit, hal yang perlu dilatih dan perlu dipaksa. Sangat penting bagi kita untuk perlahan-lahan menjadikan keikhlasan sebagai Habit di dalam kehidupan kita.

Terkait dengan hal diatas, ada 2 ayat Al-Qur’an yang dengan sangat spesifik memberikan kita penjelasan terkait seperti apakah kita harus berbuat, dan bagaimanakah cara yang tepat di dalam berbuat kebaikan yang sifatnya habluminannas.

Pada ayat yang pertama, marilah kita perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Insan ayat 8 dan 9.

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih."

Ayat diatas adalah pernyataan para penghuni surga, dimana salah satu amalan yang menyebabkan mereka masuk ke dalam surga adalah keikhlasan mereka di dalam memberikan pertolongan kepada orang lain, yang pada saat mereka melakukannya, tidak ada sama sekali di dalam hati mereka keinginan untuk mendapatkan balasan dari orang yang telah dibantu, bahkan dia sama sekali tidak mengharapkan ucapan terima kasih darinya. Karena dia hanyalah memiliki satu niatan di dalam hatinya ketika memberi, yaitu untuk mendapatkan keridhoan dari Allah Azza wa Jalla. Sehingga tidak ada sama sekali penyesalan di dalam hatinya ketika orang yg telah diberikan bantuan itu melupakan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan untuknya. Inilah sifat pertama yang harus kita miliki.

Kemudian ayat lain yang juga patut untuk kita perhatikan terkait dengan perbuatan baik adalah pada Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77.

“dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dalam ayat ini Allah memberikan sebuah catatan penting kepada kita, bahwa perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain bukanlah agar kita mendapatkan balasan kebaikan dari orang yang telah dibantu, dan bukan pula dikarenakan orang tersebut telah berbuat baik kepada kita. Akan tetapi perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang lain adalah dikarenakan Allah telah berbuat baik kepada kita, maka disebabkan hal itulah kita pun harus membagikan kebaikan-kebaikan yang ada pada diri kita, kepada orang lain.

Itulah beberapa catatan yang harus kita jadikan renungan, yang dengannya semoga menjadikan timbul perbaikan di dalam diri kita, khususnya di dalam niat-niat kita ketika berbuat baik kepada orang lain. Ketika 2 ayat diatas telah merasuk ke dalam hati kita, dan kita bisa mengamalkannya dengan sempurna, maka insya Allah, tidak akan ada lagi harapan-harapan pujian atau bahkan balasan dari orang lain atas kebaikan yang telah kita lakukan, karena apa, karena kita telah menjadikan keridhoan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita di dalam berbuat kebaikan.

Semoga bermanfaat

Wallahu a’lam


-PangeranMenulis-
Read full post »

Kamis, 22 Agustus 2013

1000 Kebaikan dalam waktu 5 menit

0 komentar
Di siang yang terik ba’da sholat dzuhur, seorang ustadz memanggil anak muridnya yang bernama umar, dengan sigap umar langsung mendatangi sang ustadz, dan berkata,

Umar : Assalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh, yaa Ustadz

Ustadz : Wa’alaykumussalam Warohmatullahi Wabarokatuh, wahai umar aku ingin engkau melakukan apa yang aku perintahkan, siapkah kamu melakukannya?

Umar : apa yang akan engkau perintahkan yaa ustadz, jikalau aku mampu maka aku akan melaksanakannya, jika tidak aku akan melakukannya semampuku.

Ustadz : aku memintamu saat ini agar engkau segera mencari dan mendapatkan 1000 kebaikan dalam waktu 5 menit, mampukah kau melakukannya?

Umar : apa ustadz? Mendapatkan 1000 kebaikan dalam waktu 5 menit, apakah muridmu yang lemah ini tidak salah dengar,

Ustadz : ya, benar apa yang kamu katakan, 1000 kebaikan dalam 5 menit. Bisakah engkau melakukannya/mendapatkannya sekarang?

Umar : wahai ustadz, betapa aku adalah hamba Allah yang lemah, aku bingung amal apa yang bisa aku lakukan dalam 5 menit dan bisa menghasilkan 1000 kebaikan. Aku meminta maaf kepada mu atas kelemahan diriku, atas ketidakmampuan diriku di dalam melaksanakan apa yang engkau perintahkan.

Ustadz : (sang ustadz tertawa),

Umar : (bingung), wahai ustadz, kenapa engkau tertawa, apakah ada hal yang lucu sehingga membuat dirimu tertawa?

Ustadz : wahai muridku yang kucinta, aku menertawakan diriku yang juga tidak akan mampu melakukan 1000 perbuatan baik dalam waktu 5 menit sebagaima dirimu, tapi, jikalau engkau mengetahui hadits Nabi Saw, maka insya Allah kita bisa mendapatkan/melakukan 1000 kebaikan dalam waktu 5 menit bahkan kurang.

Umar : apakah engkau bercanda wahai ustadz? Tolong wahai ustadz, sampaikanlah hadits Nabi SAW tersebut kepadaku, agar aku bisa menjadi orang-orang yang mendapatkan/melakukan 1000 kebaikan dalam waktu 5 menit, jika dalam 5 menit saja aku bisa mendapatkan 1000 kebaikan, maka bagaimana jika aku melakukannya berjam-jam, jelaslah puluhan ribu bahkan ratusan ribu kebaikan bisa kudapatkan.

Ustadz : wahai umar, dengarkanlah baik-baik hadits ini, boleh jadi engkau telah berulang-ulang kali mendengar hadits ini, bahkan boleh jadi engkau menghafalnya, tapi engkau tidak merenunginya dengan baik.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anh, katanya,  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,  “Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (Riwayat Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi dan katanya,  hadits Hasan Shahih)

Ingatkah engkau akan hadits ini wahai umar?

Umar : aku pernah mendengar dan membaca berulang-ulang hadits ini wahai ustadz, tapi apa kaitannya dengan apa yang engkau sampaikan sebelumnya?

Ustadz : renungkanlah hadits tersebut wahai umar, ketika kita membaca Al-Qur’an, maka Allah akan membalas/memberikan kita pahala di setiap huruf yang kita baca, bukan per kata bukan per kalimat, dan setiap 1 pahala dari 1 huruf akan di kalikan dengan 10 hasanat/kebaikan. Jikalau contoh engkau membaca surat alfatihah, dimana surat Al-fatihah terdiri lebih dari 130 huruf, jika 1 huruf dibalas dengan 10 hasanat/kebaikan maka berapa kebaikan yang telah engkau dapatkan?

Umar : 1300 hasanat/kebaikan ustadz (tercengang mendengarkan penjelasan sang ustadz).

Ustadz : iya betul, berarti ketika engkau membaca Al-Fatihah, maka engkau sudah mendapatkan lebih dari 1000 hasanat/kebaikan. Kemudian berapa lamakah engkau ketika membaca surat Al-fatihah?

Umar : menurut ku, aku membutuhkan waktu kurang dari 2 menit jika membacanya dengan tartil.

Ustadz : sekarang sudahkah engkau sadar wahai umar, bahwa engkau bisa melakukan 1000 kebaikan dalam waktu 5 menit, bahkan kurang dari 5 menit?

Umar : iya ustadz, betapa saat ini aku menyadari, bahwa selama ini aku telah menyia-nyiakan banyak waktu ku, hadits yang selama ini aku tau, aku tidak mengamalkan dengan sebaik-baiknya. Syukron ya ustadz atas apa yang telah engkau sampaikan kepadaku, betapa jika dalam waktu 5 menit aku bisa mendapatkan beribu-ribu kebaikan dengan membaca Al-Qur’an, maka bagaimana jika aku memanfaatkan waktu luangku yang berjam-jam dengan membaca Al-Qur’an, betapa banyak kebaikan yang bisa kuhasilkan dari amalan tersebut.

Ustadz : ya. Engkau benar wahai umar. Betapa kita harus menjadi orang yang benar-benar bisa memanfaatkan waktu yang kita miliki, dan seandainya engkau tau wahai umar, jikalau pahala membaca Al-Qur’an sudah seperti itu besar pahalanya, maka bagaimana dengan pahala orang-orang yang senantiasa mentadabburi Al-Qur’an dan mengamalkannya..

Umar : (berfikir), sepertinya aku harus membawa kalkulator wahai ustadz, karena otakku tidak bisa menghitung seperti apa pahala amalan tersebut. Hahaha

Ustadz : (tertawa, kemudian mengusap-usap kepala umar), umar, umar…. ^_^

Read full post »

Rabu, 21 Agustus 2013

Walapun hanya sekedar menyingkirkan duri

2 komentar
Di suatu kesempatan seorang guru sedang duduk bersama seorang muridnya, dan sang guru pun memulai perbincangan tersebut, wahai muridku maukah engkau aku beritahukan salah 1 hikmah kehidupan dari banyaknya hikmah kehidupan yang bertebaran di bumi dan langit Allah ini, sang murid pun menjawab dengan penuh semangat, tiada kata yang pantas untuk menjawab pertanyaanmu wahai guruku selain aku pasti akan menerima ilmu hikmah yang akan engkau berikan tersebut. Setelah mendengar jawaban dari sang murid, sang guru akhirnya memberikan suatu perintah kepada muridnya,

“baiklah jika engkau ingin aku beritahu 1 hikmah kehidupan tersebut, yaitu saat ini engkau akan aku tugaskan untuk mencari duri atau ranting pohon yang ada dijalanan, kemudian jika engkau telah menemukan duri atau ranting pohon dijalan maka singkirkanlah, dan setelah itu duduklah engkau pinggir jalan tersebut sebelum matahari terbenam, kemudian pulanglah dan temuilah diriku di masjid”

Kemudian sang murid dengan penuh rasa penasaran menjawab perintah sang guru,

“baiklah guruku, aku akan menjalankan perintahmu, aku mohon pamit guru, 
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh” jawab sang guru.

Singkat cerita sang murid akhirnya menjalankan apa yang diperintahkan oleh gurunya tersebut, dia kesana kemari mencari duri atau ranting pohon yang berada di tengah jalan, dan tidak berapa lama dia mencari akhirnya dia menemukan ranting pohon yang bahkan penuh duri, kemudian dia pun menyingkirkan ranting pohon tersebut ke tempat yang nantinya tidak ada orang yang terganggu dengan ranting berduri tersebut, setelah selasai dengan tugas tersebut, dia langsung mengerjakan tugas selanjutnya yaitu duduk di pinggir jalan tepat dimana ranting berduri tersebut dia ambil dari tengah jalanan.

Sekian lama dia duduk di pinggir jalan tersebut, dan semakin dia terbingung dengan apa yang diperintahkan oleh sang guru, karena dari waktu dia menyingkirkan ranting berduri tersebut yang dia lihat hanya orang-orang yang berjalan melewati jalan tersebut, dan tidak ada hal yang aneh yang dia rasakan, perasaan ini terus berlangsung hingga matahari hampir terbenam, dan dia kemudian telah menyelasaikan apa yang telah gurunya perintahkan, kemudian dia bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat maghrib dan setelah itu langsung menemui gurunya.

Setelah sang murid selesai Sholat maghrib berjama’ah dan berdzikir, dia langsung menemui gurunya yang memang telah menunggunya di masjid. Sang murid pun berkata :

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh” jawab sang guru

Wahai guruku tugas yang telah engkau perintahkan kepadaku telah aku jalankan, apakah hikmah yang ingin aku sampaikan kepadaku wahai guruku, sungguh sejak aku melakukan apa yang engkau perintahkan, pikiranku terus bertanya-tanya apa hikmah dari semua ini?,

Sang gurupun menjawabnya,

Wahai muridku, sungguh perbuatan yang engkau lakukan adalah perbuatan yang mulia, perbuatan yang diperintahkan oleh RasulMu yaitu Muhammad SAW, perbuatan yang dianggap remeh oleh banyak orang saat ini, perbuatan yang terlihat kecil di pandangan mata akan tetapi sangat besar dihadapan Allah, satu hikmah yang ingin aku beritahukan kepadamu adalah apakah ketika engkau menyingkirkan ranting berduri tersebut dan kemudian engkau berdiri di pinggir jalan dan kemudian banyak orang yang berlalu lalang dijalanan tersebut adakah terngiang di hatimu agar orang-orang yang berlalu tersebut mengucapkan terima kasih kepadamu atau bahkan memberikan imbalan atas apa yang engkau lakukan tersebut?,Tanya sang guru.
Sang muridpun menjawab,

Wahai guruku, ketika melakukan itu semua dan melihat banyak orang yang berlalu melewati jalan di depanku tidak ada sama sekali terbersit di dalam hatiku agar nantinya ada orang-orang yang mengucapkan terima kasih kepadaku bahkan memberikan imbalan atas apa yang telah aku lakukan tersebut, demi Allah.
Dengan mata bersinar sang guru akhirnya menjalaskan apa hikmah yang tersembunyi dari apa yang telah diperintahkannya kepada muridnya,

Wahai muridku, engkau telah menemukan hikmah dari apa yang telah aku perintahkan kepadamu, yaitu senantiasalah engkau berbuat baik dimanapun engkau berada, sekecil apapun itu, dan janganlah engkau mengharapkan sepatah kata terimaksihpun dari lisan orang-orang yang telah engkau bantu, biarlah Allah yang akan membalas semua perbuatan baikmu, biarlah Allah yang akan mengucapkan terima kasih kepadamu, dan jadilah engkau orang-orang yang mengharapkan imbalan dari Allah yaitu berupa ampunanNya.

Wahai muridku perhatikanlah bagaimana firman Allah SWT :

Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan Kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi Balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, (Q.S. Al-Insan : 5-12)

Dan perhatikanlah bagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; Aku membaca Hadits Malik dari Sumayya -budak- Abu Bakr dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan ia mendapati batang kayu yang berduri dijalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya, maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuninya." (H.R.Muslim)

Dari semua yang telah engkau ketahui di hari ini, semoga dengan hikmah tersebut engkau bisa memahaminya dan menjalankannya di dalam kehidupan keseharianmu.

Dengan wajah yang penuh dengan hikmah kehidupan yang dia alami di hari ini dan diperjelas lagi oleh perkataan sang guru, maka sang murid pun menjawab :

“terima kasih wahai guruku atas hikmah yang telah engkau beritahukan kepadaku di hari ini, hikmah ini menyadarkan diriku atas begitu luar biasanya sebuah amal perbuatan yang dikerjakan dan dilakukan dengan berharap balasan kepada Allah semata, Insya Allah aku akan menjalankan hikmah ini dengan baik”.

Sekian semoga bermanfaat


-pangeranmenulis-
Read full post »

Selasa, 20 Agustus 2013

Doa Para Malaikat di Pagi hari

0 komentar
Pagi hari adalah waktu yang menyegarkan, waktu dimana udara segar dan sejuk bisa kita rasakan. Waktu dimana manusia memulai aktifitasnya setelah beristirahat di malam hari.

Ada satu hal menarik yang harus kita cermati dan perhatikan, yang dimana kebanyakan manusia pada pagi hari hanyalah melakukan rutinitas yang terus berulang. Dimana mereka bangun pagi, mandi, sholat subuh bahkan ada yang meninggalkannya, terkadang baca Al-Qur’an kemudian sarapan dan bersiap-siap berangkat bekerja, bahkan ada yang bermalas-masalan dengan melanjutkan tidurnya lagi. Padahal pagi hari adalah waktu yang sangat diberkahi oleh Allah, yang kita harus memanfaatkan tiap detiknya dengan sebaik-baiknya.

Dan pada saat ini begitu banyak orang-orang yang menyia-nyiakan waktu paginya. Padahal jika kita melihat hadits Nabi SAW tentang keadaan dipagi hari, yaitu 
dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
Tidak satu hari pun dari pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’.” (HR Bukhari Muslim)
Maka sangatlah luar biasa bahwa tiap pagi di dalam rutinitas hidup kita ada 2 malaikat yang senantiasa berdoa kepada Allah, mendoakan setiap manusia yang hidup di bumi, dimana malaikat yang pertama mendoakan orang-orang yang berinfaq agar infaqnya di hari itu diberikan ganti oleh Allah, dan malaikat yang kedua mendoakan kehancuran bagi harta orang-orang yang bakhil alias pelit.

Jika kita melihat dan merenungi hadits diatas, maka betapa mudahnya kita jika ingin menjadi orang-orang yang di doakan oleh para malaikat setiap hari, setiap pagi. Apalagi jika kita setiap hari menjadikan rutinitas pagi kita dengan berinfaq, maka dengan begitu kita akan langsung menjadi orang-orang yang termasuk di dalam doa malaikat yang pertama, dan sebaliknya ketika kita tidak berinfaq dikarenakan takut akan berkurangnya harta kita, maka jelaslah bahwa kita akan menjadi orang-orang yang di doakan oleh malaikat yang kedua, dimana tanpa kita sadari harta kita dihancurkan perlahan-lahan oleh Allah. Na’udzubillahi min dzalika.

Kesimpulan dari tulisan saya diatas, mulailah dari hari ini, pagi ini untuk kita berniat dengan sekuat tenaga untuk menambah satu rutinitas baru di dalam kehidupan pagi kita yaitu Berinfaq/bersedekah di pagi hari, setiap hari semampu yang bisa kita beri. Insya Allah hal ini akan menjadi habit yang baik, habit yang menghasilkan bagi kita doa para malaikat untuk kita dan bukan hanya itu, Allah pun akan membalas infaq/sedekah kita dengan balasan yang berkali-kali lipat dengan syarat ikhlas lillahi ta’alaa. Dan satu catatan penting bagi kita di akhir tulisan ini, bahwa Allah tidak akan pernah lupa membalas amal sholih yang telah dilakukan oleh hambaNya, dan Allah pun tidak akan salah sasaran di dalam memberikan pahala atas kebaikan yang telah di lakukan oleh hambaNya di dunia dan akhirat..

Wallahu a’lam

Semoga bermanfaat, Salam Sedekah Pagi

-PangeranMenulis-


Read full post »

Senin, 19 Agustus 2013

Belajar Sukses dari Kue

0 komentar
Tidak terasa lebaran sudah lewat hampir 2 minggu, tapi dirumah masih ada beberapa toples kue yang tersedia di meja ruang tamu. Dilihat dari jenisnya kue yang tersisa semua rasanya manis, padahal saya lebih suka kue yang rasanya gurih.

Kue yang ada di rumah saat ini adalah kue yang dibeli dari toko kue atau kue yang dibelikan oleh saudara. Di lebaran-lebaran sebelumnya ibu saya biasanya bikin beberapa kue sendiri, yaitu kue bawang atau cheesstick, tapi lebaran kali ini dia tidak membuat kue dikarenakan proses pembuatan kue yang melelahkan.

Terkait dengan tulisan diatas, Kue adalah hal yang sangat menarik untuk dibahas dan ternyata kue itu sendiri menyimpan banyak pelajaran bagi kita jika kita coba berpikir secara mendalam. Pada saat ini hampir semua orang menyukai yang namanya kue, dengan berbagai rasa dan aroma, dimana semua sangat suka sekali mencicipi dan memakannya. Akan tetapi satu hal yang harus menjadi catatan bahwa tidak semua orang menyukai proses pembuatan kuenya.

Kenapa hanya segelintir orang yang menyukai proses pembuatan kue, tidak sebanyak orang yang suka di dalam memakannya. Hal tersebut dikarenakan proses pembuatan kue sangat lama, sangat kompleks, dan butuh waktu yang lama di dalam belajar membuat kue. Dimana kita harus mempersiapkan resep kue terlebih dahulu, kemudian menyiapkan bahan-bahan yang ada di resep, kemudian memproses bahan-bahan tersebut, dan jadilah kue tersebut.

Setelah kue tersebut jadi apakah hasilnya otomatis enak dan lezat?, jawabannya adalah bisa ya bisa tidak, karena seseorang yang baru sekali membuat kue, maka itu adalah pengalaman pertamanya yang dimana dia sendiri baru kali itu membuat dan merasakan kue ciptaannya, yang biasanya ketika di awal membuat kue maka rasanya akan jauh dari harapan. Akan tetapi ketika dia sudah berpengalaman, berkali-kali membuat kue tersebut, maka hampir bisa dipastikan rasa kue yang dia buat lezat dan enak ketika dimakan.

Dari tulisan diatas, saya mendapat sebuah pelajaran bahwa Sukses itu bisa diibaratkan seperti kue. Dimana semua orang ingin merasakan yang namanya sukses, sebagaimana mereka ingin dan suka memakan kue. Tapi tidak semua orang yang ingin sukses itu mau menjalani lelahnya, capeknya proses melangkah menuju kesuksesan, sebagaimana tidak semua orang mau berlelah-lelah membuat kue dengan menjalani proses pembuatannya yang begitu kompleks. Jadi jika kita ingin sukses, jangan berharap sukses itu bisa di dapatkan dengan tidur dan bermalas-malasan tanpa adanya usaha.

Sebagaimana kue yang lezat, sukses itu sudah ada resepnya. Jadi jika kita ingin menjadi orang yang sukses, maka carilah, bacalah resep-resep kesuksesan yang telah dibuat dan telah dijalani oleh orang-orang yang telah sukses. Kemudian jalani dan ikuti selangkah demi selangkah resep sukses tersebut, dan jangan berharap anda bisa langsung bisa merasakan lezatnya kesuksesan, karena orang yang pertama kali membuat kue dari melihat resep harus melakukan percobaan berkali-kali untuk bisa mendapatkan hasil kue yang lezat. Jika kita telah berkali-kali gagal, maka belajarlah dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, dimana letak salahnya, kemudian perbaikilah setahap demi setahap, jangan mudah menyerah dan teruslah mencoba. Karena kesuksekan hanya bisa didapatkan oleh orang yang terus mencoba dan pantang menyerah. Sebagaimana kue enak dan lezat dengan harga yang mahal, yang dibuat melalui proses panjang, maka ketika kita bersabar dalam proses, pantang dalam menyerah, insya Allah kelak harga kesuksesan kita akan semahal bahkan lebih mahal dari proses kita di dalam menggapai kesuksesan tersebut.

Semoga bermanfaat

Salam sukses

-PangeranMenulis-


Read full post »

Minggu, 18 Agustus 2013

Pelajaran dari Sepeda dan Fly Over

0 komentar
Salah satu hobi dari sekian banyak hobi yang saya jalani saat ini adalah Gowes atau lebih terkenal dengan sebutan berSepeda. Bagi saya bersepeda adalah hobi yang sangat mengasyikan dan tentunya melelahkan. Kenapa mengasyikan?, karena ketika bersepeda, kita dalam kondisi bergerak, dinamis, kaki yang terus mengayuh pedal, tangan yang terus memegang kendali ke kanan dan ke kiri, serta mata yang senantiasa melihat ke depan atau sesekali menoleh ke sisi kanan dan kiri. Walaupun bersepeda itu melelahkan, dibalik kelelahan yang kita rasakan, ada kesehatan yang menyelinap dibelakang, karena apa?, karena tubuh kita terus bekerja, yang dengan begitu otot-otot melakukan pekerjaan yang menghasilkan keringat, sehingga tubuh menjadi lebih segar dan aliran darah mengalir dengan lancar.

Bersepeda itu merupakan hobi yang digandrungi oleh semua kalangan, dari balita, remaja, hingga orang tua, baik yang berharta maupun miskin papa. Semua bisa menikmatinya, walaupun dengan harga sepeda yang berbeda-beda, dari yang berharga murah dengan besi sepeda yang penuh karat, ban tipis lagi botak, hingga sepeda yang ringan dengan bahan carbon yang harganya melebihi motor Harley Davidson.

Itulah sekelumit cerita tentang hobi bersepeda. Pada kesempatan kali ini ada satu hal yang ingin saya sampaikan terkait dengan pelajaran yang saya ambil ketika bersepeda. Suatu ketika saya bersepeda, dan terpikirlah satu analogi yang dari analogi tersebut bisa menjadi renungan serta motivasi bagi kita di dalam menjalani kehidupan ini. Analogi yang di dapatkan ini khusus atas pandangan saya pribadi, yang boleh jadi akan berbeda ketika dilihat dari paradigma atau sudut pandang yang berbeda dari tiap-tiap kepala.

Pada satu momen, saya mengayuh sepeda menuju fly over di daerah Jakarta selatan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fly over itu selalu dimulai dari tempat yang rendah dan lambat laut akan terus naik ke tempat yang lebih tinggi, dan ketika kita sampai di puncaknya, maka kita akan kembali berjalan menuruni fly over tersebut ke tempat yang rendah lagi. Sejenak terbesit di dalam pikiran saya ketika saya mengayuh menaiki fly over tersebut diatas, dimana ketika saya mengayuh di awal menuju puncak terasa begitu ringan, sehingga lambat laun, semakin lama ayuhan kaki saya terasa semakin berat, dan terus bertambah berat, dimana semakin dekat dengan puncak maka akan semakin besar energy yang saya gunakan. Terus saya mengayuh pedal dengan penuh lelah dan peluh hingga akhirnya saya sampai di puncak fly over tersebut. Pelajaran yang bisa saya petik atas apa yang saya alami diatas adalah bahwa di dalam kehidupan kita sehari-hari puncak fly over bisa kita ibaratkan sebagai sebuah kesuksesan, sebuah kemenangan atau sebuah prestasi, dimana ketika kita ingin menggapainya, maka dibutuhkan gerak tubuh yang dinamis, terus bergerak tanpa jeda, dan terus membutuhkan banyak energy yang dengan begitu pula menguras energy kita. Kita harus terus memompa semangat, kerja keras dan pantang menyerah untuk mendapatkan pencapaian tersebut, karena tanpa itu semua kita tidak akan bisa mencapainya dengan cepat. Dan hal yang menarik ketika kita mencoba merangkak naik dengan sepeda menuju puncak maka kita tidak akan pernah mendapati seseorang menggunakan rem sepedanya ketika itu, ini artinya ketika kita ingin mengejar dan menggapai kesuksesan maka rem itu diibaratkan menyerah, berhenti atau putus asa yang kelak akan menyebabkan kita tidak akan pernah mencapai puncak. Oleh Karena itu betapa semangat bergerak itu harus terus dipupuk agar diri ini terus berjalan tanpa henti di dalam mengejar puncak kesuksesan tersebut. itulah pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari gowesan kita ketika mencoba naik menuju puncak fly over.

Selanjutnya, pelajaran yang kedua yang ingin saya sampaikan adalah, ketika saya telah mencapai puncak fly over dan melanjutkan perjalanan dengan menuruni fly over tersebut. Pada saat turun tersebut, yang saya lakukan dengan sepeda saya saat itu adalah saya tidak sama sekali mengayuh pedal, dan tidak ada energy yang saya gunakan untuk menggerakkan sepeda saya tersebut, satu hal yang saya lakukan hanyalah memegang kendali dan tangan saya sesekali menekan rem yang ada di tangan. Ketika itu saya berpikir dengan dalam atas apa yang saya lakukan tersebut, yang terbersit dalam pikiran saya saat itu adalah bagian terendah dari jalan tersebut saya ibaratkan sebagai sebuah kegagalan, keputus asaan dan rendahnya keyakinan. Ketika kita ingin menjadi orang-orang yang gagal, dan jauh dari prestasi, maka hal yang termudah untuk kita lakukan adalah dengan berdiam diri, membiarkan hidup kita statis, tidak bergerak walaupun waktu terus berlalu, maka dengan begitu lambat laun hidup kita akan terus menurun, semakin lama semakin cepat kita melesat turun, walaupun sesekali kita sadar dengan menekan rem, tapi itu tidak menjadikan kita sadar sepenuhnya untuk mengayuh naik, karena rasa malas dan putus asa yang ada pada diri kita lebih besar daripada kerja keras, ditambah lagi lemahnya semangat untuk menggapai kesuksesan dan diperparah lagi dengan jauhnya rasa optimisme di dalam diri, dan inilah penyebab hidup yang jauh dari sukses, jauh dari pretasi dan jauh dari berhasil.

Itulah sekelumit pelajaran yang saya dapatkan dari hobi bersepeda saya. Sebuah pelajaran yang menjadi catatan penting, khususnya bagi kehidupan saya pribadi, dan umumnya juga menjadi pelajaran bagi para pembaca, bahwa untuk menggapai sukses itu butuh semangat yang tinggi, kerja keras, pantang menyerah ditambah dengan optimisme yang memenuhi rongga hati. Sebaliknya jika hidup kita jauh dari impian, penuh dengan kemalasan, mudah putus asa, dan penuh dengan rasa pesimis, maka kegagalan dan kegalauan kelak akan menjadi santapan hidup kita hingga akhir hayat.

Sekian tulisan saya kali ini, semoga kita bisa mengambil pelajaran, berharap bisa menjadi api penyulut bagi jiwa-jiwa yang saat ini sedang meredup semangat yang ada di dalam dada.

Salam sukses



-PangeranMenulis-
Read full post »
 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger