Alkisah hiduplah seorang raja di
suatu negeri. Negerinya menguasai daerah yang begitu luas mengarungi banyak
pulau dan lautan. Kehidupannya begitu diliputi kebahagiaan. Rakyatnya hidup
dengan makmur dan sejahtera.
Sang raja seringkali berkeliling
ke berbagai daerah yang berada dibawah kekuasannya. Dia biasa menggunakan kuda
untuk berkendara. Pada suatu ketika, sang raja ketika berkuda kehilangan
kendali dan terjatuh. Tanpa diduga sang raja mengalami patah tulang pada
hidungnya dikarenakan muka sang raja tepat mengenai batu yang keras dan tajam.
Setelah sang raja dibawa kepada tabib kerajaan, maka sang tabib memutuskan
kepada raja bahwa hidupnya harus dipotong atau dengan kata lain sang raja tidak
lagi memiliki hidung. Karena jika tidak dipotong akan menyebabkan kebusukan
yang bisa menyebar ke wajah. Akhirnya dengan berat hati sang raja menerima
keputusan tersebut. Dan saat ini sang raja hidup tanpa hidung di wajahnya.
Beberapa waktu berlalu, perasaan
sang raja semakin berkecamuk dengan wajah tanpa hidung, ketika berkeliling
negeri dia merasa rakyatnya mentertawakannya walaupun tidak begitu nyata
dilihatnya, dan itulah yang dirasakannya terus-menerus seiring berjalannya
waktu. Akhirnya karena sang raja tidak kuat lagi menghadapi tertawaan atau
celaan dari rakyatnya, sang raja memutuskan agar semua rakyat yang berada di
bawah kekuasaan negerinya agar dipotong hidungnya. Dan setiap bayi yang lahir
juga wajib dipotong hidungnya.
Selama berpuluh-puluh tahun
keputusan sang raja tanpa hidung tersebut terus berjalan, dan hampir di semua
wilayah negerinya sama sekali tidak ada yang memiliki hidung, dan bagi siapapun
yang melihat manusia tanpa hidung, maka bagi mereka hal ini bukan lagi hal yang
asing melainkan hal yang biasa. Hingga tanpa di duga datanglah di salah satu
desa yang berada dibawah kekuasaan yang raja seorang pemuda yang tinggi
berbadan tegap dan memiliki hidung. Dan jelaslah terjadi kebingunan pada
penduduk desa tersebut, karena ada orang yang berbeda dari mereka, dimana yang
membuat mereka bingung atau asing adalah dikarenakan adanya daging dengan dua
lubang yang ada di wajahnya. Dan akhirnya sang pemuda tersebut dibawa kepada
raja. Dan pemuda tersebut akhirnya dibawa ke persidangan.
Terjadilah perdebatan diantara
raja, hakim dan sang pemuda. Semua, baik hakim maupun penduduk yang menyaksikan
memihak kepada sang raja. Sang pemuda berkali-kali menjelaskan bahwa manusia
dengan hidung adalah hal yang normal dan memang dilahirkan seperti itu. Akan
tetapi dikarenakan sang raja hidup tanpa hidung begitu juga rakyatnya seperti
itu, akhirnya dikarenakan egonya sang pemuda dihukum mati.
Dari kisah diatas, kita bisa
belajar sesuatu. Sesuatu yang saat ini banyak terjadi dalam kehidupan kita
sekarang ini. Banyak contoh-contoh yang bisa kita ambil yang memang menyamai
kisah diatas. Sebagaimana kita ketahui sebagai seorang muslim bahwa kita
dihidupkan oleh Allah Swt. Dan kita bukan hanya sekedar dihidupkan oleh Allah
Swt, akan tetapi Allah Swt juga menciptakan aturan yang harus diterapkan dan
dipatuhi oleh manusia yang diciptakanNya tersebut. Hingga pada waktu yang lalu
beratus-ratus tahun yang lalu kaum muslimin hidup dalam naungan khilafah dan
syariat islam. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, khilafal islamiyyah
diruntuhkan dan akhirnya oleh-oleh orang-orang yang telah bahu-membagu
menghancurkan khilafah, ditegakanlah hukum dan aturan yang mereka telah buat
dengan hawa nafsu mereka, dan hal ini terjadi hingga sekarang. Dan
sekarang-sekarang ini sebagian besar manusia telah nyaman dengan aturan buatan
manusia yang banyak bertentangan dengan aturan Allah Swt. Tapi dibalik itu ada
sebagian kecil manusia menyampaikan gagasan untuk mengembalikan semua aturan
dan hukum sebagaimana awalnya, sebagaimana harusnya yaitu kembali kepada hukum
Allah dan Rasul. Dan yang sebagian kecil inilah, orang-orang yang dianggap
asing, dianggap aneh oleh sebagian besar orang yang telah dihidup di dalam
naungan hukum buatan hawa nafsu manusia. Hingga akhirnya sebagian kecil orang yang telah dianggap asing tersebut harus meneriman konsekuensi yaitu penangkapan, pemenjaraan, bahkan hukuman mati dan tersemat di dalam dirinya sebutan Teroris. Sebagaimana asingnya seorang pemuda
yang memiliki hidung diantara mayoritas orang yang tidak memiliki hidung yang kemudian dihukum mati oleh sang raja.
Jika seperti ini adanya, maka
keasingan (baca : kebenaran) ini adalah suatu hal yang harus kita pegang teguh,
harus kita genggam dengan erat walaupun harus mengorbankan harta dan nyawa
sekalipun. Inilah satu contoh yang bisa saya sampaikan, dan masih banyak
contoh-contoh yang masih berkaitan dengan kisah diatas. Silahkan dipikirkan dan
direnungkan.
Sekian, Semoga Bermanfaat
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar