Setiap manusia di bumi memiliki
sifat yang berbeda-beda dalam urusan kebaikan, ada yang menghitung-hitung
kebaikannya, ada juga yang dengan mudah melupakan perbuatan baik yang telah dilakukannya.
Kita sadari seringkali kita sebagai manusia biasa mengharapkan adanya balasan
atau minimal ucapan terima kasih ketika kita memberikan kebaikan atau
pertolongan kepada orang lain. Atau kadang juga muncul di dalam diri kita
perasaan ingin agar perbuatan baik kita bukan hanya dibalas dengan ucapan
terima kasih tapi juga agar banyak orang mengetahui perbuatan kita tersebut,
dan jelaslah hal ini harus benar-benar kita hindari, karena bisa menyebabkan
kesia-siaan yaitu tidak adanya pahala atas perbuatan baik yang kita telah
lakukan.
Sebuah catatan penting yang harus
kita perhatikan adalah betapa berbuat ikhlas, melakukan kebaikan 100% hanya
karena Allah adalah hal yang sulit, hal yang perlu dilatih dan perlu dipaksa. Sangat
penting bagi kita untuk perlahan-lahan menjadikan keikhlasan sebagai Habit di
dalam kehidupan kita.
Terkait dengan hal diatas, ada 2
ayat Al-Qur’an yang dengan sangat spesifik memberikan kita penjelasan terkait
seperti apakah kita harus berbuat, dan bagaimanakah cara yang tepat di dalam
berbuat kebaikan yang sifatnya habluminannas.
Pada ayat yang pertama, marilah
kita perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Insan ayat 8 dan 9.
"Dan mereka
memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih."
Ayat diatas
adalah pernyataan para penghuni surga, dimana salah satu amalan yang
menyebabkan mereka masuk ke dalam surga adalah keikhlasan mereka di dalam
memberikan pertolongan kepada orang lain, yang pada saat mereka melakukannya,
tidak ada sama sekali di dalam hati mereka keinginan untuk mendapatkan balasan
dari orang yang telah dibantu, bahkan dia sama sekali tidak mengharapkan ucapan
terima kasih darinya. Karena dia hanyalah memiliki satu niatan di dalam hatinya
ketika memberi, yaitu untuk mendapatkan keridhoan dari Allah Azza wa Jalla. Sehingga
tidak ada sama sekali penyesalan di dalam hatinya ketika orang yg telah
diberikan bantuan itu melupakan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan
untuknya. Inilah sifat pertama yang harus kita miliki.
Kemudian ayat lain yang juga
patut untuk kita perhatikan terkait dengan perbuatan baik adalah pada Al-Qur’an
surat Al-Qashash ayat 77.
“dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dalam ayat ini
Allah memberikan sebuah catatan penting kepada kita, bahwa perbuatan baik yang
kita lakukan kepada orang lain bukanlah agar kita mendapatkan balasan kebaikan
dari orang yang telah dibantu, dan bukan pula dikarenakan orang tersebut telah
berbuat baik kepada kita. Akan tetapi perbuatan baik yang kita lakukan kepada
orang lain adalah dikarenakan Allah telah berbuat baik kepada kita, maka
disebabkan hal itulah kita pun harus membagikan kebaikan-kebaikan yang ada pada
diri kita, kepada orang lain.
Itulah beberapa
catatan yang harus kita jadikan renungan, yang dengannya semoga menjadikan
timbul perbaikan di dalam diri kita, khususnya di dalam niat-niat kita ketika
berbuat baik kepada orang lain. Ketika 2 ayat diatas telah merasuk ke dalam
hati kita, dan kita bisa mengamalkannya dengan sempurna, maka insya Allah,
tidak akan ada lagi harapan-harapan pujian atau bahkan balasan dari orang lain
atas kebaikan yang telah kita lakukan, karena apa, karena kita telah menjadikan
keridhoan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita di dalam berbuat kebaikan.
Semoga bermanfaat
Wallahu a’lam
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar