Hari sabtu kemarin, tepatnya
tanggal 12 oktober 2013 adalah hari yang menjadi pelecut semangat bagi saya
untuk terus menulis. Bukan hanya sekedar menulis saja, tapi saya juga
bersemangat untuk menghasilkan sebuah buku. Semangat untuk terus menulis ini tidak
muncul begitu saja secara tiba-tiba akan tetapi semangat ini hadir ketika saya
menghadiri bedah buku di gramedia bookstore di matraman.
Sebenarnya bedah buku merupakan
acara yang biasa diadakan di berbagai bookstore, dengan berbagai genre buku
baik itu novel, buku kumpulan puisi, buku yang bersifat religi dan berbagai
genre lainnya. Tapi bedah buku, tepatnya bedah novel yang saya datangi kemarin
bukanlah bedah novel biasa, melainkan bedah novel yang luar biasa. Kenapa saya
bilang luar biasa?, karena novel itu ditulis oleh seseorang yang memiliki
keterbatasan fisik, dia adalah seorang yang tuna netra. Namanya Radhitiya
adhikara.
Novel yang dia tulis berasal dari
kisah hidupnya di masa lalu. Di dalam menggarap novel tersebut dia bekerja sama
dengan novelis kawakan yaitu mba Achi TM. Novel yang ditulis berbeda dengan
novel lainnya karena terdiri dari 2 buku yang merupakan satu cerita, 1 buku
ditulis oleh RA dan 1 buku lagi ditulis oleh mba Achi. Judulnya “mata kedua”
dan “hati kedua”. RA membuat novel ini dalam waktu 15 tahun. Waktu yang cukup
lama memang, tapi sepertinya waktu yang lama tersebut tidak akan terlihat
sia-sia karena novel tersebut menyimpan cerita yang begitu dalam, yang tidak
akan mengecewakan para pembacanya. Dan boleh jadi novel tersebut akan jadi best
seller novel di Indonesia.
Itulah sedikit hal yang bisa saya
ceritakan dari pengalaman saya ketika menghadiri bedah buku kemarin. Dari
pengalaman saya tersebut teman-teman pembaca bisa mengambil sebuah catatan
penting bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti berkreasi. Bagi kita
yang memiliki fisik yang terbilang sempurna, tidak ada kecacatan, maka cerita
di atas sudah seharusnya menjadi tamparan bagi kita. Tamparan yang membangunkan
kita dari rasa malas, tamparan yang membuat kita berhenti untuk banyak membuat
alasan terlebih bagi kita yang memiliki mimpi untuk jadi penulis sukses.
Kita sudah seharusnya sadar,
siapapun bisa menulis. Alasan kita bahwa menulis itu sulit, menulis itu adalah
bakat dan berbagai alasan lainnya harus dihilangkan. Membuat banyak alasan
hanya akan membuat akan diam, tidak menghasilkan apa-apa kecuali keluhan dan
keterbuangan waktu. Bagi seorang RA yang memiliki mata yang buta, dimana hanya
kegelapan yang dia rasakan saja dia bisa menulis sebuah novel. Dimana novel
yang dia tulis tidak bisa dia gambarkan secara visual, tapi dia menggambarkan
berbagai setting di novelnya berdasarkan apa yang ia dengar. Kita yang saat ini
mampu melihat sudah seharusnya bisa melakukan apa yang telah dilakukan oleh RA.
Jadi, marilah kita buktikan akan
kemampuan diri kita. Kemampuan seseorang yang memiliki tubuh normal. Kemampuan
yang sudah sewajibnya bagi kita untuk dioptimalkan sehingga menghasilkan sebuah
karya yang luar biasa. Ayo semangat menulis, semangat berkarya dan semangat
untuk menjadi penulis sukses.
Sekian, Semoga Bermanfaat
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar