Beberapa bulan yang lalu,
keponakan saya membeli seekor anak ayam di pasar. Ayam kecil itu terus
dirawatnya ketika dia menginap dirumah saya, hinggal akhirnya dia harus pulang
dan akhirnya anak ayam tersebut dirawat oleh kakak saya. Anak ayam tersebut diletakkan
di kandang besi yang biasa digunakan sebagai kandang burung. Setiap pagi kakak
saya rutin menyediakan makan dan minumnya yang diletakkan di dalam kandang.
Terkadang ayam tersebut dikeluarkan dari kandang, akan tetapi ayam tersebut
tidak kabur, hanya berjalan di sekitar rumah, dan kembali lagi berjalan ke
dekat kandang.
Seiring waktu berjalan anak ayam
tersebut terus bertumbuh, badannya semakin besar sedangkan kandang yang menjadi
tempat tinggal tidak berubah, sehingga menyebabkan sang ayam merasa kesempitan,
dan di satu sisi sang ayam pun sulit untuk dikeluarkan dari kandang.
Membutuhkan cara khusus untuk mengeluarkannya dari kandang, jika semakin
dibiarkan jelas akan sulit mengeluarkannya melainkan dengan membelah
kandangnya.
Dari kenyataan yang kita lihat
diatas kita bisa mengambil sebuah pelajaran. Ayam diatas bisa diibaratkan
orang-orang yang berada pada “comfort zone” baik itu karyawan atau pun
pedagang, tapi hal ini lebih mengarah pada gaya hidup karyawan. Dimana para
karyawan itu berada pada tempat yang nyaman, pendapatannya pasti datang tiap
bulan, sebagaimana ayam yang rutin diberi makan pagi dan siang hari, sehingga
ketika dia diberi kebebasan, dia tidak berani menjauh dari tempat dijaminnya
pemberi makan dia. Karena dia khawatir akan sulit mencari makan diluar
kandangnya. Beberapa karyawan pun bersifat seperti itu, mereka lebih memilih
hidup dalam jaminan pendapatan, daripada hidup bebas tidak terikat tapi jauh
dari aman, itu yang terdapat di dalam pikiran mereka.
Seiring waktu berjalan semakin
besar tanggunan yang dimiliki sang karyawan, ketika dia menikah dan mempunyai
anak, belum ditambah cicilan kendaraan, juga cicilan rumah. Inilah yang terjadi
sebagaimana ayam yang bertambah besar, yang sulit untuk keluar dari kandangnya,
di satu sisi sang ayam pun merasa nyaman karena hidupnya terus dijamin dari
pagi hingga malam hari.
Inilah gambaran kehidupan yang
ada di sekeliling kita, dan boleh jadi kita yang mengalami hidup yang seperti
itu. Semua yang terjadi pada kita adalah pilihan hidup kita yang berasal dari
pikiran kita. Saya pribadi tidak menyalahkan jika ada orang-orang yang
berpikiran seperti di atas, lebih memilih hidup nyaman dengan adanya jaminan,
di lain sisi ada orang-orang yang merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya dan
ingin berubah haluan, akan tetapi apa daya, tanggungan hidupnya lebih besar
daripada keberaniannya untuk hidup bebas berwirausaha. Semua kembali berujung
kepada pilihan, dan setiap pilihan memiliki resiko tersendiri. Mulai saat ini
nikmatilah hidup kita, dalam kondisi apapun kita, yang terpenting teruslah
berprestasi, jika ada peluang untuk berubah, manfaatkanlah semaksimal mungkin,
jika ingin tetap diam dalam “kenyamanan” ya silahkan. Hidup kita yang
menentukan.
Semoga bermanfaat
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar