Seorang anak sd sebut saja arif,
memulai sekolah perdananya pada tanggal 1 september, betapa dia bergembira
menjalani kehidupan hari itu. Semua hal yang berkaitan dengan sekolahnya telah
disiapkan oleh ibunya, pakaian, buku, tas, serta bekal dan tidak ketinggalan
sepatu hitam yang bertali. Sebelum berangkat, arif menggunakan sepatu talinya,
dan ibunya mengikatkan tali sepatunya, dia melihatnya dengan seksama, dan dia
bergumam di dalam hatinya bahwa mengikat sepatu itu ternyata tidak mudah.
jarak sekolah dan rumah arif
tidak terlalu jauh, sehingga sang ibu tidak mengantarkan arif berangkat
sekolah. Setelah arif belajar hingga siang hari, adzan dzuhur pun berkumandang
di masjid sekolah, dan semua murid sekolah diperintahkan untuk sholat dzuhur
berjama’ah. Dengan segera arif menuju ke masjid bersama teman-temannya, dan
dengan semangat dia menarik dan membuka tali sepatunya, dan ternyata yang
terjadi tali sepatu arif bukan terbuka malah menjadi kusut/terikat mati. Arif kemudian
bingung harus berkata apa, hingga akhirnya dia melihat seorang guru, dan
meminta tolong kepada gurunya akan membukakat tali sepatu yang terikat mati
tersebut. Akhirnya tali yang terikat mati tersebut bisa terbuka, dan sang guru
kemudian membuka perlahan-lahan tali sepatu yang satunya, dan meminta kepada
arif agar memperhatikan bagaimana cara membuka tali sepatu yang benar. Setelah itu
arif kemudian sholat, dan dia pun duduk di teras untuk memakai sepatunya,
kembali dia termenung, bagaimana cara mengikat tali sepatu yang benar, seperti
yang telah dilakukan ibunya, kemudian dia beranikan diri untuk mencobanya, dan
hasilnya, ikatan sepatu yang dibuatnya kusut/terikat mati.
Belajar dari pengalaman di hari
kemarin, dia kembali melihat cara mengikat tali sepatu yang dilakukan oleh
ibunya, dan setelah melihatnya, dia yakin bahwa dia pasti bisa mengikat dengan
benar. Setelah sholat dzuhur dia kembali harus melakukan hal tersebut, yaitu
mengikat tali sepatu, dan hasilnya masih jauh dari benar, tapi setidaknya tali
sepatunya tidak terikat mati. Setelah sampai dirumah arif tidak buru-buru
membuka sepatu dan langsung masuk kamar. Tapi dia tetap berada di teras
rumahnya, yang dilakukannya hanya 1, mengikat tali sepatu dan membukanya
berkali-kali. Dan selama 1 minggu hal ini dilakukannya, setiap pulang sekolah
dia terus-menerus belajar mengikat tali sepatu. Dan pastilah kita mengetahui
hasil latihannya selama seminggu telah berbuah, tiap pagi ketika berangkat
sekolah tidak pernah lagi sang ibu mengingatkan tali sepatunya, karena dia
telah bisa mengikat tali sepatunya sendiri. Bahkan dengan hanya beberapa detik
dia bisa mengikat tali sepatunya dengan baik.
Sebuah pelajaran yang bisa kita
ambil dari si arif adalah, segala sesuatu apapun itu, sesulit apapun itu kita
pasti bisa melakukannya, tapi dengan syarat, kita harus terbiasa melakukannya,
dan tidak pernah berputus asa seberat apapun usaha untuk melakukannya. Karena kemampuan
kita melakukan sesuatu itu disebabkan oleh kebiasaan kita, ketika hal itu sudah
menjadi kebiasaan maka kesulitan akan berubah menjadi kemudahan. Tapi untuk
membuat suatu hal menjadi kebiasaan adalah dengan tiada henti untuk terus
mencobanya, pantang putus asa di awal-awal ketika kita membangun kebiasaan
tersebut, ketika kesulitan mulai perlahan-lahan terkikis oleh usaha yang keras
lagi pantang menyerah, maka kemudahan lah yang menjadikan hal yang dikerjakan
mudah untuk dibiasakan, dan setelah terbiasa melakukannya maka bisa
melakukannya dengan tanpa beban adalah sebuah keniscayaan. Rumus ini bisa
dilakukan, dalam hal apapun dan oleh siapapun.
Semoga bermanfaat
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar