Minggu, 18 Agustus 2013

Pelajaran dari Sepeda dan Fly Over

Salah satu hobi dari sekian banyak hobi yang saya jalani saat ini adalah Gowes atau lebih terkenal dengan sebutan berSepeda. Bagi saya bersepeda adalah hobi yang sangat mengasyikan dan tentunya melelahkan. Kenapa mengasyikan?, karena ketika bersepeda, kita dalam kondisi bergerak, dinamis, kaki yang terus mengayuh pedal, tangan yang terus memegang kendali ke kanan dan ke kiri, serta mata yang senantiasa melihat ke depan atau sesekali menoleh ke sisi kanan dan kiri. Walaupun bersepeda itu melelahkan, dibalik kelelahan yang kita rasakan, ada kesehatan yang menyelinap dibelakang, karena apa?, karena tubuh kita terus bekerja, yang dengan begitu otot-otot melakukan pekerjaan yang menghasilkan keringat, sehingga tubuh menjadi lebih segar dan aliran darah mengalir dengan lancar.

Bersepeda itu merupakan hobi yang digandrungi oleh semua kalangan, dari balita, remaja, hingga orang tua, baik yang berharta maupun miskin papa. Semua bisa menikmatinya, walaupun dengan harga sepeda yang berbeda-beda, dari yang berharga murah dengan besi sepeda yang penuh karat, ban tipis lagi botak, hingga sepeda yang ringan dengan bahan carbon yang harganya melebihi motor Harley Davidson.

Itulah sekelumit cerita tentang hobi bersepeda. Pada kesempatan kali ini ada satu hal yang ingin saya sampaikan terkait dengan pelajaran yang saya ambil ketika bersepeda. Suatu ketika saya bersepeda, dan terpikirlah satu analogi yang dari analogi tersebut bisa menjadi renungan serta motivasi bagi kita di dalam menjalani kehidupan ini. Analogi yang di dapatkan ini khusus atas pandangan saya pribadi, yang boleh jadi akan berbeda ketika dilihat dari paradigma atau sudut pandang yang berbeda dari tiap-tiap kepala.

Pada satu momen, saya mengayuh sepeda menuju fly over di daerah Jakarta selatan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fly over itu selalu dimulai dari tempat yang rendah dan lambat laut akan terus naik ke tempat yang lebih tinggi, dan ketika kita sampai di puncaknya, maka kita akan kembali berjalan menuruni fly over tersebut ke tempat yang rendah lagi. Sejenak terbesit di dalam pikiran saya ketika saya mengayuh menaiki fly over tersebut diatas, dimana ketika saya mengayuh di awal menuju puncak terasa begitu ringan, sehingga lambat laun, semakin lama ayuhan kaki saya terasa semakin berat, dan terus bertambah berat, dimana semakin dekat dengan puncak maka akan semakin besar energy yang saya gunakan. Terus saya mengayuh pedal dengan penuh lelah dan peluh hingga akhirnya saya sampai di puncak fly over tersebut. Pelajaran yang bisa saya petik atas apa yang saya alami diatas adalah bahwa di dalam kehidupan kita sehari-hari puncak fly over bisa kita ibaratkan sebagai sebuah kesuksesan, sebuah kemenangan atau sebuah prestasi, dimana ketika kita ingin menggapainya, maka dibutuhkan gerak tubuh yang dinamis, terus bergerak tanpa jeda, dan terus membutuhkan banyak energy yang dengan begitu pula menguras energy kita. Kita harus terus memompa semangat, kerja keras dan pantang menyerah untuk mendapatkan pencapaian tersebut, karena tanpa itu semua kita tidak akan bisa mencapainya dengan cepat. Dan hal yang menarik ketika kita mencoba merangkak naik dengan sepeda menuju puncak maka kita tidak akan pernah mendapati seseorang menggunakan rem sepedanya ketika itu, ini artinya ketika kita ingin mengejar dan menggapai kesuksesan maka rem itu diibaratkan menyerah, berhenti atau putus asa yang kelak akan menyebabkan kita tidak akan pernah mencapai puncak. Oleh Karena itu betapa semangat bergerak itu harus terus dipupuk agar diri ini terus berjalan tanpa henti di dalam mengejar puncak kesuksesan tersebut. itulah pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari gowesan kita ketika mencoba naik menuju puncak fly over.

Selanjutnya, pelajaran yang kedua yang ingin saya sampaikan adalah, ketika saya telah mencapai puncak fly over dan melanjutkan perjalanan dengan menuruni fly over tersebut. Pada saat turun tersebut, yang saya lakukan dengan sepeda saya saat itu adalah saya tidak sama sekali mengayuh pedal, dan tidak ada energy yang saya gunakan untuk menggerakkan sepeda saya tersebut, satu hal yang saya lakukan hanyalah memegang kendali dan tangan saya sesekali menekan rem yang ada di tangan. Ketika itu saya berpikir dengan dalam atas apa yang saya lakukan tersebut, yang terbersit dalam pikiran saya saat itu adalah bagian terendah dari jalan tersebut saya ibaratkan sebagai sebuah kegagalan, keputus asaan dan rendahnya keyakinan. Ketika kita ingin menjadi orang-orang yang gagal, dan jauh dari prestasi, maka hal yang termudah untuk kita lakukan adalah dengan berdiam diri, membiarkan hidup kita statis, tidak bergerak walaupun waktu terus berlalu, maka dengan begitu lambat laun hidup kita akan terus menurun, semakin lama semakin cepat kita melesat turun, walaupun sesekali kita sadar dengan menekan rem, tapi itu tidak menjadikan kita sadar sepenuhnya untuk mengayuh naik, karena rasa malas dan putus asa yang ada pada diri kita lebih besar daripada kerja keras, ditambah lagi lemahnya semangat untuk menggapai kesuksesan dan diperparah lagi dengan jauhnya rasa optimisme di dalam diri, dan inilah penyebab hidup yang jauh dari sukses, jauh dari pretasi dan jauh dari berhasil.

Itulah sekelumit pelajaran yang saya dapatkan dari hobi bersepeda saya. Sebuah pelajaran yang menjadi catatan penting, khususnya bagi kehidupan saya pribadi, dan umumnya juga menjadi pelajaran bagi para pembaca, bahwa untuk menggapai sukses itu butuh semangat yang tinggi, kerja keras, pantang menyerah ditambah dengan optimisme yang memenuhi rongga hati. Sebaliknya jika hidup kita jauh dari impian, penuh dengan kemalasan, mudah putus asa, dan penuh dengan rasa pesimis, maka kegagalan dan kegalauan kelak akan menjadi santapan hidup kita hingga akhir hayat.

Sekian tulisan saya kali ini, semoga kita bisa mengambil pelajaran, berharap bisa menjadi api penyulut bagi jiwa-jiwa yang saat ini sedang meredup semangat yang ada di dalam dada.

Salam sukses



-PangeranMenulis-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger