Kamis, 03 Oktober 2013

Belajar dari Sang Kakek Pedagang Koran

Pada waktu pagi hingga sore hari kemarin telah saya habiskan untuk kegiatan di luar rumah. Dari mulai tahsin di pagi hari hingga bersilaturrahim ke kantor lama saya. Ada satu hal menarik yang saya alami, dan ini terlalu sayang jika tidak saya torehkan di dalam sebuah tulisan, semoga teman-teman yang membaca tulisan ini bisa mendapatkan manfaat dari apa yang saya ceritakan ini.

Tepat sekitar pukul 09.30 wib, saat itu posisi saya berada di bus transjakarta dalam perjalanan menuju kampung melayu menuju senen dan seperti biasa, ketika tidak mendapatkan tempat duduk maka saya lebih suka untuk berdiri disebelah pintu dan menyenderkan badan di kaca yang membatasi antara penumpang yang duduk dengan pintu busnya.

Bus transjakarta terus melaju hingga akhirnya terhenti tepat di lampu merah rs carolus, disitu saya melihat ada seorang kakek pedagang koran yang sedang menghitung uang hasil penjualan korannya, bagi ukuran dia mungkin cukup besar, yaitu beberapa lembar sepuluh ribuan dan sisanya berlembar-lembar uang dua ribuan. Pada saat itu waktu masih bisa disebut pagi hari, tapi dari usahanya yang keras sang kakek sudah bisa mendapatkan hasil yang lumayan besar. Mungkin baginya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari kehidupan bagi keluarganya. Begitu terpancar rona kebahagiaan di wajahnya ketika menghitung uang tersebut.

Kemudian bus melaju, dan saya tersenyum melihat sang kakek hingga akhirnya pandangan ini berlalu dari sang kakek. Sejenak saya berpikir boleh jadi sang kakek bukanlah seseorang dengan gelar sarjana bahkan boleh jadi lulus sd pun tidak. Akan tetapi hidupnya dia lalui dengan rasa optimis yang tinggi, dia terus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan uang yang kelak akan ditukarnya dengan sesuap nasi bagi dirinya dan keluarganya. Sebaliknya saya pun memikirkan juga pada saat ini begitu banyak orang-orang yang bertitel sarjana, atau lulusan sekolah menengan atas yang jelas secara pendidikan lebih baik daripada sang kakek, akan tetapi hidupnya dilingkupi dengan rasa pesimis, mereka hanya berpikir uang hanya bisa di dapatkan dengan cara bekerja di perkantoran. Karena baginya berjualan itu apalagi ngasong di lampu merah merupakan hal yang boleh jadi hina, apalagi harus berpanas-panasan di tengah terik matahari yang meninggi belum lagi kotornya asap kendaraan.

Uniknya lagi, tidak sedikit dari mereka yang telah mengirim lamaran kesana kemari mengalami yang namanya stress lagi frustasi, dan kemudian mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Karena dia putus asa tidak bisa mendapatkan pekerjaan, sedangkan tekanan terus datang dari keluarga agar segera bekerja. Inilah hal yang banyak terjadi di negeri ini. Bagi kebanyakan orang uang = bekerja sebagai karyawan. Padahal dalam keadaan yang sebenarnya uang = bekerja/berdagang. Yaitu uang bukan hanya bisa dihasilkan dari bekerja sebagai karyawan saja, tapi dengan berdagang pun kita bisa menghasilkan uang. Baik berdagang dari mulai pedagang asongan hingga pedagang restoran.

Jadi berdasarkan apa yang sudah saya paparkan diatas, sudah waktunya bagi kita saat ini untuk merubah mindset yang boleh jadi tertanam dalam-dalam di pikiran kita. Mulianya seseorang tidak di dilihat dari seperti apa dia bisa menghasilkan uang, tapi semua dilihat cara yang dilakukannya apakah ia mendapatkannya dengan cara yang halal atau haram. Bekerja kantoran bukanlah kewajiban, yang menjadi wajib bagi kita adalah bagaimana bisa mencari nafkah dengan cara yang di ridhoi Allah untuk menghidupi diri dan keluarga. Allah memerintahkan kepada kita agar senantiasa berusaha di dalam menggapai rezekinya, soal besar dan kecilnya Allah yang menentukannya. Mungkin kita memulai kehidupan mencari nafkah kita dengan mengasong, akan tetapi boleh jadi dengan usaha keras kita perlahan-lahan seiring dengan berkembangnya pikiran dan modal kita, kita menjadi bosnya para asongan atau lebih dari itu.

So, rezeki telah Allah tebarkan bagi kita, silahkan kita mengambilnya dengan cara yang kita mampu, jika memang kita ingin mendapatkannya dengan bekerja sebagai karyawan, ya silahkan. Akan tetapi jika kesempatan untuk menjadi karyawan tidak kunjung datang, maka berdagang merupakan pilihan yang bijak untuk dijadikan sebagai tempat untuk mengais rezeki yang telah ditebarkan oleh Allah.

Sekian. Semoga bermanfaat.


-PangeranMenulis-

1 komentar:

  1. Sangat bermanfaat.
    Jazakallah khoiron

    #now4tomorrow
    Salam Penulis Sukses Mulia

    BalasHapus

 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger