Jumat, 11 Oktober 2013

Ketika Kebenaran = Asing

Alkisah hiduplah seorang raja di suatu negeri. Negerinya menguasai daerah yang begitu luas mengarungi banyak pulau dan lautan. Kehidupannya begitu diliputi kebahagiaan. Rakyatnya hidup dengan makmur dan sejahtera.

Sang raja seringkali berkeliling ke berbagai daerah yang berada dibawah kekuasannya. Dia biasa menggunakan kuda untuk berkendara. Pada suatu ketika, sang raja ketika berkuda kehilangan kendali dan terjatuh. Tanpa diduga sang raja mengalami patah tulang pada hidungnya dikarenakan muka sang raja tepat mengenai batu yang keras dan tajam. Setelah sang raja dibawa kepada tabib kerajaan, maka sang tabib memutuskan kepada raja bahwa hidupnya harus dipotong atau dengan kata lain sang raja tidak lagi memiliki hidung. Karena jika tidak dipotong akan menyebabkan kebusukan yang bisa menyebar ke wajah. Akhirnya dengan berat hati sang raja menerima keputusan tersebut. Dan saat ini sang raja hidup tanpa hidung di wajahnya.

Beberapa waktu berlalu, perasaan sang raja semakin berkecamuk dengan wajah tanpa hidung, ketika berkeliling negeri dia merasa rakyatnya mentertawakannya walaupun tidak begitu nyata dilihatnya, dan itulah yang dirasakannya terus-menerus seiring berjalannya waktu. Akhirnya karena sang raja tidak kuat lagi menghadapi tertawaan atau celaan dari rakyatnya, sang raja memutuskan agar semua rakyat yang berada di bawah kekuasaan negerinya agar dipotong hidungnya. Dan setiap bayi yang lahir juga wajib dipotong hidungnya.

Selama berpuluh-puluh tahun keputusan sang raja tanpa hidung tersebut terus berjalan, dan hampir di semua wilayah negerinya sama sekali tidak ada yang memiliki hidung, dan bagi siapapun yang melihat manusia tanpa hidung, maka bagi mereka hal ini bukan lagi hal yang asing melainkan hal yang biasa. Hingga tanpa di duga datanglah di salah satu desa yang berada dibawah kekuasaan yang raja seorang pemuda yang tinggi berbadan tegap dan memiliki hidung. Dan jelaslah terjadi kebingunan pada penduduk desa tersebut, karena ada orang yang berbeda dari mereka, dimana yang membuat mereka bingung atau asing adalah dikarenakan adanya daging dengan dua lubang yang ada di wajahnya. Dan akhirnya sang pemuda tersebut dibawa kepada raja. Dan pemuda tersebut akhirnya dibawa ke persidangan.

Terjadilah perdebatan diantara raja, hakim dan sang pemuda. Semua, baik hakim maupun penduduk yang menyaksikan memihak kepada sang raja. Sang pemuda berkali-kali menjelaskan bahwa manusia dengan hidung adalah hal yang normal dan memang dilahirkan seperti itu. Akan tetapi dikarenakan sang raja hidup tanpa hidung begitu juga rakyatnya seperti itu, akhirnya dikarenakan egonya sang pemuda dihukum mati.

Dari kisah diatas, kita bisa belajar sesuatu. Sesuatu yang saat ini banyak terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini. Banyak contoh-contoh yang bisa kita ambil yang memang menyamai kisah diatas. Sebagaimana kita ketahui sebagai seorang muslim bahwa kita dihidupkan oleh Allah Swt. Dan kita bukan hanya sekedar dihidupkan oleh Allah Swt, akan tetapi Allah Swt juga menciptakan aturan yang harus diterapkan dan dipatuhi oleh manusia yang diciptakanNya tersebut. Hingga pada waktu yang lalu beratus-ratus tahun yang lalu kaum muslimin hidup dalam naungan khilafah dan syariat islam. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, khilafal islamiyyah diruntuhkan dan akhirnya oleh-oleh orang-orang yang telah bahu-membagu menghancurkan khilafah, ditegakanlah hukum dan aturan yang mereka telah buat dengan hawa nafsu mereka, dan hal ini terjadi hingga sekarang. Dan sekarang-sekarang ini sebagian besar manusia telah nyaman dengan aturan buatan manusia yang banyak bertentangan dengan aturan Allah Swt. Tapi dibalik itu ada sebagian kecil manusia menyampaikan gagasan untuk mengembalikan semua aturan dan hukum sebagaimana awalnya, sebagaimana harusnya yaitu kembali kepada hukum Allah dan Rasul. Dan yang sebagian kecil inilah, orang-orang yang dianggap asing, dianggap aneh oleh sebagian besar orang yang telah dihidup di dalam naungan hukum buatan hawa nafsu manusia. Hingga akhirnya sebagian kecil orang yang telah dianggap asing tersebut harus meneriman konsekuensi yaitu penangkapan, pemenjaraan, bahkan hukuman mati dan tersemat di dalam dirinya sebutan Teroris. Sebagaimana asingnya seorang pemuda yang memiliki hidung diantara mayoritas orang yang tidak memiliki hidung yang kemudian dihukum mati oleh sang raja.

Jika seperti ini adanya, maka keasingan (baca : kebenaran) ini adalah suatu hal yang harus kita pegang teguh, harus kita genggam dengan erat walaupun harus mengorbankan harta dan nyawa sekalipun. Inilah satu contoh yang bisa saya sampaikan, dan masih banyak contoh-contoh yang masih berkaitan dengan kisah diatas. Silahkan dipikirkan dan direnungkan.

Sekian, Semoga Bermanfaat


-PangeranMenulis-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger