Pada waktu saya sekolah sma, saya
adalah anak sekolahan yang biasa-biasa saja, yang prestasinya tidak terlalu
menonjol, tapi masih memiliki nama yang baik di hadapan teman dan para guru. Ada
sebuah kejadian menarik ketika di sma yang tidak akan pernah saya lupakan hingga
saat ini bahkan hingga saya kelak mati meninggalkan bumi ini. Pengalaman ini
begitu pahit bagi saya, akan tetapi kepahitan yang pernah saya rasakan tersebut
sangat saya syukuri, karena dari pengalaman itulah saya berusaha keras untuk bangkit,
dan akhirnya berbuah manis saat ini.
Kejadian itu terjadi ketika saya
kelas 3 sma, dimana tepat pada bulan ramadhan sekolah mengadakan pesantren
kilat, dan karena saya kelas 3 maka saya ditugaskan untuk menjadi mentor bagi
anak kelas 1. Pada saat dikelas, ada 2 mentor yang mengarahkan para murid, saya
dan teman saya, seorang perempuan. Hari itu merupakan hari yang menegangkan
bagi saya, karena hari itu merupakan pertama kalinya saya berdiri di depan banyak
orang. Sebelum mentoring dimulai yang saya hafalkan adalah kata-kata pembuka
yang sering diucapkan oleh para penceramah ketika memulai ceramahnya. Hingga akhirnya
waktu menegangkan itu datang, saya memasuki kelas dengan penuh ketegangan, dan
mulailah saya membuka mentoring dengan mengucapkan salam, dan itu terasa
ringan, akan tetapi ketika mengucapkan kalimat pembukaan, pikiran di kepala ini
blank, lidah menjadi kaku, dan keringat dingin mulai keluar, seakan mau
pingsan. Beberapa detik saya berdiri mematung dan merasakan malu yang
sangat-sangat, hingga akhirnya tugas saya diambil alih oleh teman mentor saya
yang perempuan. Saat itu saya langsung duduk di kursi guru dan diam mematung,
menahan malu. Saya saat itu tidak mengingat apakah murid kelas 1 mentertawakan
saya atau tidak, karena saat itu saya hanya focus terhadap rasa malu akan kegagalan
yang saya lakukan.
Itulah pengalaman pahit saya yang
terus terngiang hingga saat ini. Sebenarnya kegalalan saya ketika berbicara di
depan public bukan hanya sekali tapi berkali-kali, dan salah satunya adalah
kisah diatas. Dari kegagalan tersebut, muncul keinginan keras di dalam diri
saya untuk bisa berbicara di depan public, dan saya berazzam tidak ingin lagi mengulangi
hal tersebut.
Berbagai kesempatan saya gunakan
untuk belajar bagaimana bisa bersikap tenang dan berbicara dengan mudah di
depan public. Proses belajar untuk memperbaiki kegagalan tersebut berlangsung
cukup lama, dari saya sma, hingga lulus dan akhirnya kuliah. Ketika kuliah saya
belajar dari berbagai kesempatan yang ada. Saya sering memperhatikan bagaimana
para penceramah atau para trainer melakukan penyampaiannya di dalam bahasan-bahasan
yang mereka sampaikan, masing-masing mereka memiliki gaya yang berbeda-beda. Dan
saya pun mencoba belajar sedikit demi sedikit bagaimana tampil di depan public,
dari yang audiensnya sedikit hingga banyak, dimulai dari menjadi pembaca Al-Qur’an
ketika ada rapat di kampus, kemudian setahap demi setahap menjadi pemimpin
rapat yang dihadiri beberapa orang, memang hal ini ketika dilihat terasa begitu
mudah dan sepele, akan tetapi dari sinilah mental saya sedikit demi sedikit
mulai terasah. Ketika mulai terbiasa memimpin rapat, saya mulai diplot untuk
menjadi mc di beberapa acara lembaga dakwah kampus, yaitu pada acara mini
training, bedah buku, juga mc sebelum sholat jum’at dimulai. Beberapa waktu
berjalan kesempatan besar mulai berdatangan, kesempatan tersebut tidak saya
sia-siakan, dimana saya mulai menyampaikan hadits-hadits setelah sholat dzuhur,
memberikan kultum dan memberikan presentasi di depan kelas. Semakin sering saya
melakukan kegiatan-kegiatan diatas tingkat keberanian saya semakin besar dan
jelaslah rasa takut semakin mengecil, dan saya pun semakin terbiasa berbicara
di depan public, meskipun hadir ketegangan sebelum memulai, akan tetapi ketika
sudah memulai berbicara di depan public ketegangan itu langsung hilang tak
bersisa. Semakin waktu berjalan, kesempatan besar pun menjadi tantangan bagi
saya, dan saya pun menjawab tantangan tersebut, dimulai ketika saya berkhutbah
di masjid kampus, memberikan ceramah-ceramah, dan memberikan training di
beberapa sekolah yang audiensnya berjumlah lebih dari 100 orang bahkan lebih
dari 500 orang. Dan sampai saat ini jika di jumlahkan saya sudah berbicara di
lebih dari ribuan audiens tanpa takut, tanpa rasa canggung.
Alhamdulillah, itulah pengalaman
saya bangkit dari kegagalan di masa lalu, bangkit dari seorang pecundang
menjadi seorang pemenang, pemenang dari kekalahan masa lalu untuk bangkit
meraih kemenangan pada saat ini dan masa yang akan datang. Tapi kemenangan ini
baru kemenangan kecil, masih banyak kemenangan-kemenangan yang harus diraih,
masih banyak pahitnya kegagalan yang harus dicari pemanisnya, dan terlalu dini
bagi saya untuk bersenang-senang atas kemenangan kecil tersebut. Kita perlu
menyadari bahwa tidak semua kemenangan dimulai dari hal yang manis lagi
menyenangkan, akan tetapi kemenangan itu seringkali di awali dari pahitnya
sebuah kekalahan dan kegagalan. Oleh karena itu janganlah kita menjadi
orang-orang yang takut akan sebuah kegagalan, dan janganlah lah kita menjadi
orang yang trauma dikarenakan gagal dalam mencoba. Sebaliknya kita harus
merubah mindset kita bahwa kegagalan ada kesuksesan yang tertunda dan kekalahan
ada sebuah peluang bagi kita untuk melakukan banyak percobaan, setahap demi
setahap mulai memperbaiki berbagai kesalahan, hingga akhirnya waktu kemenangan
itu datang dan kita telah siap untuk menyambutnya.
Semoga pengalaman saya bisa menjadi
motivasi bagi teman-teman pembaca, juga menjadi motivasi khususnya bagi diri
saya pribadi, agar terus berusaha sebaik mungkin meraih kemenangan-kemenangan,
walaupun kekalahan sering dirasakan.
Salam Sukses, Salam Kemenangan
Semoga bermanfaat
-PangeranMenulis-
Tulisan berdasarkan pengalaman akan mudah dirasakan.
BalasHapusSaya bisa merasakan apa yang anda tulis.
Smoga smakin banyak kemenangan yang kita raih.
#now4tomorrow
Salam Sukses Mulia