Di dalam jadwal kehidupan saya
beberapa bulan ke belakang, tiap hari senin dan rabu jam 6 hingga jam ½ 8 pagi
adalah jadwal bagi saya untuk belajar tahsin Al-Qur’an, yang dimana tahsin itu
artinya memperbaiki, berarti pengertian mudahnya tahsin Al-Qur’an adalah
memperbaiki bacaan Al-Qur’an.
Pada proses belajarnya, saya
belajar bersama beberapa orang yang berbeda usia juga berbeda latar pendidikan,
yang dibimbing oleh 1 orang guru. Setiap level yang kita jalani, aka nada guru
yang berbeda dan juga materi yang berbeda, dan untuk naik ke level selanjutnya
ada tes lisan dan tulisan yang harus kita jalani.
Satu hal yang menarik dari cerita
saya kali ini adalah, saya memiliki teman-teman belajar yang sangat luar biasa,
penuh semangat dan gigih di dalam menuntut ilmu. Menariknya dari teman-teman 1
kelompok saya, ada 2 orang bapak-bapak yang umurnya sudah bisa dibilang telah
lanjut usia, yang pertama bapak ichsan berumur sekitar 60an tahun dan yang
kedua bapak nurdin yang berumur 75an tahun. Bagi pak ichsan untuk belajar
tahsin, dia harus berangkat pagi-pagi dari Jakarta barat, menembus gelombang
kemacetan, dan bagi pak nurdin, dia mengayuh sepeda untuk menuju tempat kita
belajar tahsin. Betapa ketika saya melihat mereka berdua yang semangat di dalam
belajar membuat saya malu, malu karena semangat mereka lebih membara di banding
semangat saya yang masih muda.
Jika kita lihat secara usia, pak
ichsan dan pak nurdin sudah tidak bisa dibilang muda, dimana daya ingat yang
ada pada mereka sudah mulai berkurang, sebentar-sebentar lupa, dan
sebentar-sebentar diingatkan. Akan tetapi usia yang lanjut bagi mereka bukanlah
sebuah masalah, betapa mereka terus menerjang bab demi bab buku yang diajarkan,
tanpa putus asa lagi mengeluh. Hal ini perlu kita jadikan cambuk, yang
cambukannya membangunkan tidur kita, tidur dari rasa malas dan membangunkan
tidur kita dari rasa malu, rasa malu yang menyebabkan kita tidak mau belajar.
Ketidakmampuan yang saat ini ada
pada diri kita seharusnya membuat kita bangkit, bangkit dari tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak mampu menjadi mampu. Usia bukanlah penghalang, penghalang
terbesar bagi diri kita adalah rasa malas dan rasa malu. Malas untuk belajar
dengan sungguh-sungguh dan malu akan komentar atau celaan orang kepada kita. Mulai
hari ini 2M, malas dan malu harus mulai kita gerus perlahan-lahan, karena
dengan begitu akan terbuka bagi kita sebuah kesempatan, kesempatan belajar yang
tidak terbatas usia, yang dengannya akan meningkat kualitas hidup kita. So,
ingatlah semangat pak dan pak nurdin, yaitu tidak ada kata terlambat untuk
belajar.
semoga bermanfaat
-PangeranMenulis-
Mantab pak abdul, tulisan ente kali ini menambah motivasi ane untuk makin giat belajar agama. Semangat pak Ichsan dan pak Nurdin patut kita contoh dan teladani sebagai semangat yang luar biasa. Menuntut ilmu sampai umur tidak lagi berpihak pada kita. Salam sukses Mulia. #now4tomorrow
BalasHapus