Bagi orang yang kurus seperti
saya berlari ada olahraga yang tidak terlalu berat bagi saya, saya bisa berlari
atau lebih tepatnya jogging beberapa kilometer dengan kondisi badan yang
seperti ini. Bermain aktif dalam sepakbola pun saya mampu walaupun harus
bermain ber jam-jam. Sebaliknya bagi orang yang berpostur gemuk dengan berat
badan jauh diatas normal, lari merupakan hal yang berat untuk dilakukan. Pun berlari
mereka hanya mampu berlari beberapa kilometer, itupun sangat lambat.
Semangat berlari bagi orang yang
gemuk tidak terlalu besar dikarenakan beratnya beban yang mereka bawa ketika
berlari, akan tetapi semangat itu bisa meningkat ketika dia memiliki motivasi
ketika melakukannya semisal dia ingin mengurangi berat badannya atau bahasa
populernya diet. Maka lambat laun secara otomatis tubuhnya agak lebih mudah
digerakkan untuk berlari walaupun sebelumnya dirasa sulit.
Terkait dengan tulisan diatas, di
suatu waktu ada seseorang yang berat badannya diatas normal, dia adalah orang
yang malas untuk berolahraga, jangankan berlari, main bulutangkis pun dia malas.
Dia sendiri mengakui bahwa sulit baginya untuk berlari, dikarenakan berat
badannya sudah terlalu over hingga berjalan pun sulit untuk dilakukannya. Akan tetapi
di suatu waktu yang tidak diduga dia berjalan melewati rumah yang ada angjing
dihalamannya, secara tiba-tiba anjing itu mengejar seseorang tadi, dan apa yang
terjadi?, dengan usaha yang keras si orang dengan berat badan over tadi berlari
dengan kencang, dan tanpa sadar dia sudah berlari beratus-ratus meter dengan
kecepatan diatas normal. Anjing pun tidak bisa mengejarnya, dan dia pun
berpikir, kenapa dia bisa berlari secepat itu bahkan sampai sejauh itu.
Cerita diatas memberikan
pelajaran kepada kita akan pentingnya sebuah motivasi atau sebuah alasan kenapa
kita harus bergerak melakukan sesuatu. Tanpa adanya alasan atau motivasi di
dalam mengerjakan sesuatu tersebut maka jelas kita akan selalu merasa berat di
dalam melakukannya. Dan motivasi dalam diri datang dalam bentuk yang berbeda,
baik itu motivasi yang dihadirkan oleh diri sendiri, orang lain atapun motivasi
yang dipaksakan. Hal ini bisa terjadi di dalam kondisi apapun dan di dalam
melakukan apapun.
Sebagai contoh jika dikaitkan
dengan menulis. Ada orang yang giat menulis karena ini menghasilkan karya yang
bisa memberikan manfaat lewat buku, lewat tulisan-tulisannya, meskipun kelak
dia telah meninggalkan bumi ini, tapi tulisannya tetap tertinggal di bumi dan
dibaca oleh penduduk bumi. Ada juga orang-orang yang motivasi menulisnya karena
uang, karena ketika mereka menulis buku secara tidak langsung ketika buku yang
ditulisnya laku dipasaran, maka sudah pastinya royalty atas buku yang ditulis
olehnya akan mengalir ke pundi-pundi keuangannya. Di lain sisi, ada juga
orang-orang yang tidak menulis akan tetapi dipaksa untuk menulis, semisal para
mahasiswa yang menulis skripsi. Di hari-hari biasa ada sebagian mereka yang
mengatakan tidak bisa menulis, bahkan untuk menulis artikel ringan. Akan tetapi
mereka dipaksa (diwajibkan) untuk membuat skripsi sebagai syarat kelulusan,
maka tidak ada pilihan lain bagi mereka untuk membuat sebuah skripsi yang
berpuluh-puluh lembar bahkan ratusan lembar.
Jadi apapun yang kita lakukan
apapun itu, dan salah satunya adalah menulis, semua bisa kita lakukan, tidak
ada kata tidak bisa, semua tergantung atas motivasi kita di dalam melakukannya.
Jika tidak ada motivasi atau alasan untuk menulis, maka sudah dipastikan tidak aka
nada tulisan yang kita buat. Jadi jika kita bercita-cita untuk menjadi seorang
penulis, dan mengalami tantangan berat di awal, maka hadirkanlah
motivasi/alasan terbaik yang menggerakkan tangan kita untuk menulis. Jika sulit
tangan ini untuk menulis walaupun keinginan untuk menulis sangat kuat, maka
buatlah diri kita menjadi terpaksa untuk menulis. Insya Allah, ketika sudah
terbiasa dipaksa, maka kelak ke depannya ketika menulis sudah menjadi habit,
menulis bukan lagi menjadi hal yang berat melainkan menjadi kegiatan yang
menyenangkan.
Semoga bermanfaat
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar