Kehidupan yang kita jalani saat
ini penuh lika dan liku. Terkadang kesedihan menerpa dan secara tiba-tiba
datang kebahagiaan. Ada masa-masanya kita bangga dengan apa yang kita lakukan
dan dapatkan, hingga secara tidak sadar terkadang muncul perasaan di dalam diri
kita keinginan agar perbuatan yang kita lakukan di puji oleh orang lain yang
melihatnya.
Khususnya di dalam ibadah, kadang
muncul keinginan di hati kita agar ibadah yang kita lakukan dilihat oleh orang
lain, semisal ketika kita bersedekah, pada saat kita bersedekah beberapa ribu,
kita menyembunyikannya sebaliknya jika kita bersedekah di luar kebiasaan kita
semisal ratusan ribu atau jutaan rupiah kita berharap orang-orang agar
mengetahuinya, dengan begitu mereka memuji atau menyanjung kita baik secara
langsung atau mereka menceritakannya kepada orang lain sehingga nama kita
menjadi harum di hadapan orang-orang.
Itulah yang disebut oleh Nabi
Muhammad SAW dengan sebutan Riya. Riya secara sederhana artinya memperlihatkan
atau bahasa gaulnya pamer. Sedangkan pengertian secara luasnya riya berarti
memperlihatkan (memperbagus) amalan ibadah semisal sholat, sedekah, puasa, haji
dan ibadah lainnya, dengan tujuan agar manusia mengetahuinya dan memberikan
pujian atas amalan ibadah tersebut.
Riya itu termasuk ke dalam syirik
kecil, dimana Nabi Muhammad SAW sangat mengkhawatirkan umatnya agar menghindari
hal ini, sebagaimana di dalam hadits :
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan
menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat
bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu
‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin
Labid no. 27742)
Ketika kita melakukan suatu
perbuatan dengan niatan riya, maka itu artinya syirik kecil telah kita lakukan
dan kelak akan mengakibatkan hapusnya nilai ibadah yang telah kita lakukan,
sebagaimana ayat Allah :
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian
menghilangkan pahala sedekahmu dengan selalu menyebut-nyebut dan dengan
menyakiti perasaan si penerima, seperti orang-orang yang menafkahkan hartanya
karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir”. (Al
Baqarah: 264)
Padahal setiap amal ibadah kita
semua ditentukan oleh niatan yang ada di dalam diri kita, jika niat kita
melakukan ibadah tersebut karena Allah, maka Allah akan mencatatkan baginya 1
kebaikan, tapi sebaliknya, jika niatnya melakukan ibadah bukan karena Allah
melainkan karena pujian manusia, maka niatan ini adalah niatan buruk yang tidak
dicatatkan baginya kebaikan. Dan itu tandanya niatan riya di dalam hati ketika
ingin melakukan amal ibadah nilainya sama dengan 0 (nol).
Dengan melihat dari sedikit
penjelasan diatas, maka saya akan coba buat sebuah rumus simple terkait dengan
balasan atas kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas dan kebaikan yang dilakukan
dengan riya.
1. Rumus Kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas
Ibadah ikhlas =
Niat lurus x Kuantitas x (Pengali Balasan 10 sd 700 atau lebih) = Pahala
Sebagai contoh :
Ali bersedekah Rp.
1.000.000 secara sembunyi-sembunyi karena dia khawatir akan dipuji orang lain
jika dia bersedekah secara terang-terangan. Walaupun dalam islam sedekah
terang-terangan pun dibolehkan.
Jika kita
gunakan rumus kebaikan diatas maka perhitungannya seperti ini :
Ibadah ikhlas =
1 x 1.000.000 x (Pengali Balasan 10 sd 700 atau lebih) = pahala
Terkait dengan
pengali balasan, maka kehendak ini ada pada Allah SWT, sebagaimana dalam
ayat :
Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S.
Al-Baqarah : 261)
Dan
minimal 10 di dalam pengali balasan, terdapat di dalam ayat :
Barangsiapa
membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan). (Q.S. Al-An’aam : 160)
Seperti
inilah amalan yang dilakukan jika niatnya lurus karena mengharap ke ridhoan
Allah.
2. Rumus kebaikan dengan niat Riya
Ibadah Riya =
Niat bengkok (Riya) x Kuantitas x (pengali balasan 10 sd 700 atau lebih) =
pahala
Sebagai contoh :
David bersedekah
Rp. 5.000.000 untuk pembangunan masjid, kemudian dia meminta agar namanya
disebutkan telah bersedekah melalui pengeras suara dengan niat agar masyarakat
mengetahuinya.
Maka rumus
amalan david adalah :
Ibadah Riya = 0
x 5.000.000 x (pengali balasan 10 sd 700 atau lebih) = 0 (nol)
Jika dilihat
dari rumus diatas, maka seberapa pun besarnya kuantitas dan pengali, maka
pahala/balasan yang diterima oleh david adalah 0 (nol). Artinya apa yang telah
disedekahkan oleh david menjadi sia-sia dikarenakan niatan riya di dalam
hatinya ketika dia melakukan amalan ibadah tersebut.
Seperti itulah amalan, jika
pondasi atau niatannya adalah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, maka
pujian orang lain pasti kita dapatkan. Tapi jangan berharap Allah akan
memberikan balasan kepada kita. Maka mulai saat ini marilah kita terus menjaga
diri dari niatan Riya. Jika ada sedikit niat riya, maka segeralah rubah dengan
sekuat tenaga agar niatan itu kembali lurus. Karena dengan begitu insya Allah
kelak Allah akan memberikan balasan dengan balasan yang setimpal atas apa yang
telah kita lakukan.
(tulisan diatas dibahas secara
singkat, agar lebih mudah dipahami. Jika ada kesalahan atau kekurangan, mohon
agar dikoreksi dan diberikan tambahan)
Semoga bermanfaat
-PangeranMenulis-
0 komentar:
Posting Komentar