Selasa, 03 September 2013

Belajar dari Game

Ketika kita berbicara game, pasti yang akan tergambar di pikiran kita ialah playstation, xbox atau game online di computer, dan memang benar bahwa pada bahasan kali ini saya akan menulis sesuatu tentang game diatas. Saya adalah salah 1 orang yang menyukai game, suka bermain game, bahkan dulu cukup kecanduan game walaupun tidak sampai akut.

Game saat ini digandrungi oleh banyak usia, dan mayoritas penyukanya adalah anak-anak dan remaja. Betapa game merupakan sebuah hiburan yang sangat menarik, seakan kue lezat yang terus-menerus ingin disantap. Terlebih game online, game yang bukan hanya mengorbankan waktu, tapi juga mengorbankan uang. Akan tetapi tidak kemudian dikarenakan adanya uang yang harus dikorbankan membuat game ini dijauhi, melainkan game online malah memiliki peminat yang begitu banyak.

Pada game yang sifatnya game adventure, ketika saya atau siapapun yang bermain, pasti hadir keinginan di dalam hati untuk menamatkannya hingga akhir dan ketika menemukan sebuah challenges yang cukup bahkan sangat sulit, hal ini bukan membuat saya menjadi frustasi, tapi sebaliknya malah membuat saya semakin tertantang untuk menyelesaikan challenges tersebut, walaupun harus berulang-ulang atau berjam-jam memainkannya. Dan saya pribadi sampai saat ini tidak bisa menghitung-hitung berapa jam saya telah bermain game dan telah memainkan berapa game.

Yang jadi pertanyaan terkait tulisan saya diatas tentang game, kenapa, para pemain game baik anak-anak ataupun dewasa bisa berlama-lama dengan game, sesulit apapun tantangan yang ada pada game bisa mereka hadapi dengan berbagai cara, yaitu dengan mencobanya sendiri berkali-kali ataupun bertanya kepada orang-orang yang telah memainkannya. Tapi sebaliknya jika mereka para gamers dihadapkan pada pelajaran sekolah, baik itu pelajaran berhitung atau hafalan seringkali mudah menyerah dan mengeluh, begitu cepat bosan dan ingin agar pelajaran segera berakhir. Bahkan mirisnya banyak dari anak sekolah yang bolos, lebih memilih untuk bermain game dibandingkan belajar di sekolah.

Jawaban saya pribadi atas pertanyaan pada paragraf diatas, bahwa kenapa game bisa begitu membius para pemainnya, sehingga mereka dengan mudah terbiasa bahkan menjadi candu adalah dikarenakan Mindset yang tertanam di dalam otak. Para gamers berpikir bahwa game adalah sebuah hiburan yang menantang, adanya hadiah, penghilang penat, dan pengurang stress. Hal inilah yang membuat para gamers begitu nyaman bermain-main hingga berjam-jam bahkan berhari-hari, dari pagi siang hingga malam hari mereka terus berada di warnet untuk bermain game. Dan hal ini sangatlah menarik bagi saya, betapa mindset akan serunya, menariknya sebuah game begitu tertaman begitu dalam. Seandainya saja, mindset yang saat ini sudah tertanam di otak mereka perlahan-lahan dirubah dan diarahkan, bahwa hiburan itu bukan hanya game, melainkan jika menuntut ilmu, membaca buku, diskusi ilmiah bisa disetting di otak kita sebagai hiburan, sebagai sebuah tantangan yang menarik, sebagai sebuah refreshing bagi otak, maka jelaslah waktu yang kita miliki tidak terbuang percuma. Dan pasti akan prestasi yang bisa digapai oleh para gamers.


Kesimpulan dari saya, semua berujung pada pilihan, dan berujung pada mindset kita. Jika tantangan sesulit apapun dalam game bisa dihadapi dengan berbagai cara, maka sudah seharusnya kita juga berpikir bahwa sesulit apapun pelajaran, atau masalah yang dihadapi bisa diselesaikan dengan banyak cara. Kemudian ketika kita berpikir bahwa game adalah sebuah hiburan penghilang stress, maka sudah seharusnya kita juga bisa menanam di dalam pikiran kita bahwa membaca buku, belajar, dsb sebagai sebuah hiburan yang menyenangkan bagi jiwa kita. Intinya, kita adalah apa yang kita pikirkan, dan mengarahkan pikiran yang ada di otak kita adalah sebuah pilihan. 

Semoga bermanfaat

-PangeranMenulis-

1 komentar:

  1. Yang jelas game membuat kita membuang waktu berharga kita. Saya sendiri mengalaminya, game membuat saya ketagihan untuk terus bermain. dan seringkali melupakan kewajiban kita. Seperti kewajiban makan, mandi ibadah. Dan Banyak gamers yang cenderung individual, kurang toleran. Banyak juga gamers yang harus berantem dengan keluarga (bapak, anak, istri.
    Menurut Muhammad Fauzil Adhim ( @kupinang ), ada beberapa kasus pertikaian rumah tangga yang ditanganinya akibat kecanduan game.
    Alhamdulillah "kecanduan" saya terhadap game sudah sangat berkurang.
    Smoga para gamers diberi hidayah agar hidupnya diisi dengan hal yang lebih bermanfaat.
    Salam Sukses Mulia.
    Jazakallah.

    BalasHapus

 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger