Jumat, 20 September 2013

Riya itu Nilainya 0

Kehidupan yang kita jalani saat ini penuh lika dan liku. Terkadang kesedihan menerpa dan secara tiba-tiba datang kebahagiaan. Ada masa-masanya kita bangga dengan apa yang kita lakukan dan dapatkan, hingga secara tidak sadar terkadang muncul perasaan di dalam diri kita keinginan agar perbuatan yang kita lakukan di puji oleh orang lain yang melihatnya.

Khususnya di dalam ibadah, kadang muncul keinginan di hati kita agar ibadah yang kita lakukan dilihat oleh orang lain, semisal ketika kita bersedekah, pada saat kita bersedekah beberapa ribu, kita menyembunyikannya sebaliknya jika kita bersedekah di luar kebiasaan kita semisal ratusan ribu atau jutaan rupiah kita berharap orang-orang agar mengetahuinya, dengan begitu mereka memuji atau menyanjung kita baik secara langsung atau mereka menceritakannya kepada orang lain sehingga nama kita menjadi harum di hadapan orang-orang.

Itulah yang disebut oleh Nabi Muhammad SAW dengan sebutan Riya. Riya secara sederhana artinya memperlihatkan atau bahasa gaulnya pamer. Sedangkan pengertian secara luasnya riya berarti memperlihatkan (memperbagus) amalan ibadah semisal sholat, sedekah, puasa, haji dan ibadah lainnya, dengan tujuan agar manusia mengetahuinya dan memberikan pujian atas amalan ibadah tersebut.

Riya itu termasuk ke dalam syirik kecil, dimana Nabi Muhammad SAW sangat mengkhawatirkan umatnya agar menghindari hal ini, sebagaimana di dalam hadits :

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’.” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742)

Ketika kita melakukan suatu perbuatan dengan niatan riya, maka itu artinya syirik kecil telah kita lakukan dan kelak akan mengakibatkan hapusnya nilai ibadah yang telah kita lakukan, sebagaimana ayat Allah :

 “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian menghilangkan pahala sedekahmu dengan selalu menyebut-nyebut dan dengan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang-orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari akhir”. (Al Baqarah: 264)


Padahal setiap amal ibadah kita semua ditentukan oleh niatan yang ada di dalam diri kita, jika niat kita melakukan ibadah tersebut karena Allah, maka Allah akan mencatatkan baginya 1 kebaikan, tapi sebaliknya, jika niatnya melakukan ibadah bukan karena Allah melainkan karena pujian manusia, maka niatan ini adalah niatan buruk yang tidak dicatatkan baginya kebaikan. Dan itu tandanya niatan riya di dalam hati ketika ingin melakukan amal ibadah nilainya sama dengan 0 (nol).

Dengan melihat dari sedikit penjelasan diatas, maka saya akan coba buat sebuah rumus simple terkait dengan balasan atas kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas dan kebaikan yang dilakukan dengan riya.

1.       Rumus Kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas
Ibadah ikhlas = Niat lurus x Kuantitas x (Pengali Balasan 10 sd 700 atau lebih) = Pahala

Sebagai contoh :
Ali bersedekah Rp. 1.000.000 secara sembunyi-sembunyi karena dia khawatir akan dipuji orang lain jika dia bersedekah secara terang-terangan. Walaupun dalam islam sedekah terang-terangan pun dibolehkan.

Jika kita gunakan rumus kebaikan diatas maka perhitungannya seperti ini :
Ibadah ikhlas = 1 x 1.000.000 x (Pengali Balasan 10 sd 700 atau lebih) = pahala

Terkait dengan pengali balasan, maka kehendak ini ada pada Allah SWT, sebagaimana dalam ayat  :
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah : 261)

Dan minimal 10 di dalam pengali balasan, terdapat di dalam ayat :
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.S. Al-An’aam : 160)

Seperti inilah amalan yang dilakukan jika niatnya lurus karena mengharap ke ridhoan Allah.
2.       Rumus kebaikan dengan niat Riya
Ibadah Riya = Niat bengkok (Riya) x Kuantitas x (pengali balasan 10 sd 700 atau lebih) = pahala

Sebagai contoh :
David bersedekah Rp. 5.000.000 untuk pembangunan masjid, kemudian dia meminta agar namanya disebutkan telah bersedekah melalui pengeras suara dengan niat agar masyarakat mengetahuinya.
Maka rumus amalan david adalah :

Ibadah Riya = 0 x 5.000.000 x (pengali balasan 10 sd 700 atau lebih) = 0 (nol)

Jika dilihat dari rumus diatas, maka seberapa pun besarnya kuantitas dan pengali, maka pahala/balasan yang diterima oleh david adalah 0 (nol). Artinya apa yang telah disedekahkan oleh david menjadi sia-sia dikarenakan niatan riya di dalam hatinya ketika dia melakukan amalan ibadah tersebut.

Seperti itulah amalan, jika pondasi atau niatannya adalah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, maka pujian orang lain pasti kita dapatkan. Tapi jangan berharap Allah akan memberikan balasan kepada kita. Maka mulai saat ini marilah kita terus menjaga diri dari niatan Riya. Jika ada sedikit niat riya, maka segeralah rubah dengan sekuat tenaga agar niatan itu kembali lurus. Karena dengan begitu insya Allah kelak Allah akan memberikan balasan dengan balasan yang setimpal atas apa yang telah kita lakukan.

(tulisan diatas dibahas secara singkat, agar lebih mudah dipahami. Jika ada kesalahan atau kekurangan, mohon agar dikoreksi dan diberikan tambahan)

Semoga bermanfaat


-PangeranMenulis-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © PangeranMenulis Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger